Selasa, 30 November 2010

MEREK, PATEN DAN CIPTA


Sering kali kita mendengar celutukan …”wah.. merek saya sudah dipatenkan…” atau ..”lagu saya sudah saya patenkan..”. Celutukan tersebut sebenarnya salah kaprah. Karena Merek, Cipta dan Paten merupakan sesuatu yang berbeda sangat jauh.

Menurut Undang-undang No.15 tahun 2001, tentang Merek, yang dimaksud dengan Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Singkatnya merek merupakan tanda baik dalam bentuk gambar, tulisan, angka, huruf maupun kombinasi dari semuanya yang merupakan identitas dari produk kita untuk membedakan dengan produk milik pihak lain. Misalnya saya punya produk bakso, untuk membedakan bakso hasil produksi saya dengan hasil produksi orang lain, maka saya memberi identitas pada bakso saya dengan nama Bakso Bakar Barbeque, sehingga orang tahu kalo ada bakso kemasan dengan label bakso baker barbeque yang sudah terkenal enaknya, maka itulah bakso produksi saya.

Sedangkan hak cipta, menurut undang-undang No.19 tahun 2002, merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Singkatnya, hak cipta biasanya diberikan untuk penemuan dalam bidang seni ataupun program computer. Dalam undang-undang tersebut, beberapa penemuan atau ciptaan yang dilindungi dapat berupa ciptaan untuk :

a.     buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b.     ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c.      alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d.     lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e.     drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f.      seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g.     arsitektur;
h.     peta;
i.      seni batik;
j.      fotografi;
k.     sinematografi;
l.      terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Dalam literatur hak cipta ini sebenarnya otomatis melekat secara langsung kepada penciptanya atas ciptaaanya, walaupun tidak didaftarkan. Misalnya kita membuat sebuah buku, kemudian buku tersebut kita launching, maka begitu diumumkan kepada khalayak, maka hak cipta atas buku tersebut sudah kita miliki. Hanya saja kemudian untuk ketertiban adminsitrasi, maka undang-undang juga mensyaratkan harus adanya pendaftaran atas hak cipta tersebut.

Hak paten diatur dalam UU Nomor 14 tahun 2001. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 

Hak paten merupakan hak yang diberikan kepada para penemu dalam bidang tekhnologi, baik teknologi yang canggih sampai tekhnologi yang sederhana. Tekhnologi yang dapat daftarkan tidak melulu tentang teknologi baru yang berkenaan dengan hal-hal yang canggih seperti penemuan pesawat terbang, komputer, mobil ataupun hal-hal canggih lainnya. Ttapi tekhnologi yang sederhana juga dapat dimintakan patenya sepanjang mengandung unsur kebaruan didalamnya. Misalnya cara membuat bakso... sepanjang kita bisa membuktikan ada cara terbaru untuk membuat bakso yang berbeda dengan yang sudah ada pada umumnya, maka kita dapat mendaftarkannya ke Dirjen HAKI.

Semoga uraian tersebut di atas dapat memberi pemahaman dasar tentang Hak merek, cipta ataupun paten dan tidak ada lagi yang bilang.. wahh.... ”Merek saya sudah saya patenkan”... atau ”lagu saya sudah saya patenkan..”  atau ”sayang sedang mendaftarkan untuk mempantenkan merek saya nich”.. he.. he..


Rabu, 10 November 2010

BELAJAR DARI IKUT JUALAN DI EVENT BESAR

Ada rasa senang, kaget dan masih tidak percaya saat mendapat telephone dari EO penyelenggara konser musik yang diadakan salah satu perusahaan besar penghasil soft drink bersoda untuk mengisi stand food court dalam konser musik tersebut. Dalam konser yang mendatangkan band-band besar di Indonesia seperti Gigi, Naif maupun Kotak tersebut ditargekan dihadiri oleh 3000 penonton. Langsung saja otak ini menghitung omset yang bisa didapat, jika kita mentarget 10% saja dari penonton yang hadir atau 300 orang mau beli bakso, dengan harga jual 6 ribu per porsi, maka sudah terbayang omset sehari adalah 300 x 6.000 = Rp.1.800.000,-, jika margin adalah 50% dari omset untung jualan sehari dari jam 2 siang smp jam 10 malam adalah 900 ribu, mantap tho…he.. he..

Membayangkan hal tersebut, maka dengan semangat 45, langsung saja saya iyakan tawaran tersebut, apalagi mendapat stand gratis tanpa harus bayar apapun. Langusng saja persiapan dibuat, belanja ini dan itu dan cari karyawan lepas yang mau membantu jualan. Singkat kata hari Sabtu tanggal 6 November meluncur ke Lapangan D di Gelora Bung Karno Senayan tempat acara berlangsung. Disana ada sekitar 20 tenda food court, mulai dari Kebab Turki, Pempek, Burger sampai batagor.

Mulai habis dhuhur terlihat, sudah banyak penonton yang masuk ke dalam area konser musik. Penonton yang datang rata2 didominasi anak-anak muda dan remaja dengan dandanan standar anak band dan remaja gaul. Sempat terlintas pikiran buruk juga saat melihat penonton yang datang, dalam hati “kalo yang datang model begini, pada punya uang untuk jajan gak yha he.. he..”

Kekhawatiran itu semakin besar, karena sampai sekitar jam 4 sore, baru 1 orang yang datang untuk makan bakso kuah, sedangkan di stand samping kami yang menjual kebab turki mulai rame pembeli. Alhasil hanya bisa ngelus dada dan tidak henti-hentinya menenangkan pikiran untuk tetap berpikir positif. Berkah itu akhirnya datang menjelang maghrib, ada serombongan anak remaja yang dari tadi mondar-mandir melihat stand-stand food court dari ujung ke ujung, sepertinya membandingkan harga makanan yang ada, akhirnya yang dipilih adalah stand bakso baker barbeque, 3 porsi bakso kuah dan 2 porsi bakso bakarpun dipesan. Alhamdulillah setelah itu, stand kami mulai rame dengan pembeli, bahkan hingga jam 10 malam, masih ada aja yang datang untuk membeli bakso, total hampir 100 porsi terjual, walaupun kurang dari 1/3 dari target, kami tetap bersyukur.

Bagaimana dengan stand lain?? Dari perbincangan dengan mereka, ternyata omset mereka lebih jelek dari stand kami. Stand burger yang membawa 400 porsi hanya terjual kurang dari ¼-nya, Stand pempek juga terjual kurang dari 100 porsi begitu juga dengan batagor dan kebab turki. Padahal optimisme mereka saat menerima tawaran mengisi stand sama dengan kami, akan laris manis he.. he...

Lalu kenapa stand lain angka penjualannya dibawah kami?? Dari sekilas pengamatan, porsi kami lebih banyak dan sepertinya lebih mengenyangkan di perut. Dengan isi 3 butir bakso, mie kuning dan 2 pangsit goreng, maka cukup untuk menjadi pengganjal perut. Yang kedua harga makanan di stand kami paling murah hanya 6 ribu/porsi, sedang stand lain rata-rata harganya 10 ribu/porsi, yang menurut saya terlalu mahal untuk kantong anak band jalanan. Bahkan harga kami juga mengagetkan stand-stand disamping kami, mereka pikir kami juga menjual dengan harga 10 ribu juga, apalagi melihat porsi besar dalam satu mangkok bakso kami.

Yang jelas apapun hasilnya, banyak hal yang dapat kami petik dari ikut event tersebut, salah satunya adalah pentingnya menerpakan prinsip ”kenali calon pembelimu” sangat dianjurkan, ini penting agar kita bisa menentukan harga yang pas dikantong calon pembeli, sehingga walaupun harus menekan keuntungan, tapi kalo omset penjualan naik, maka otomatis untung juga akan datang dengan sendirinya. Ini mirip dengan saat kita mau membuka kios disuatu tempat, kita harus mengenal masyarakat sekitar kios kita berada, terutama harga wajar barang yang kita jual ditempat tersebut serta daya beli masyarakat sekitar.

Satu hal lain yang juga akhirnya saya sadari masih harus diperbaiki adalah dalam management penataan barang saat berada di lapak dan juga barang yang harus dibawa saat ngelapak. Ternyata masih banyak peralatan yang kami bawa tidak terpakai, karena memang berlebih, yang pada akhirnya membuat kami kebingunan harus ditaruh dimana, imbasnya adalah penataan barang kurang rapi, sehingga stand terlihat berantakan dan kurang bersih, padahal kami menjual makanan yang membutuhkan 2 hal tersebut, agar konsumen mau datang dan merasa nyaman mampir ke stand kita.

Semoga bermanfaat.


Senin, 25 Oktober 2010

BASIC VALUE

“Apa Yang membuat Komunitas TDA dalam waktu singkat menjadi sedemikian besarnya” Tanya founder TDA Pak Rony kepada Pak Silih Agung Wasesa, saat peluncuran buku Pak Silih, berjudul PR Magic di London School beberapa waktu yang lalu. Menurut Pak Silih, salah satu yang menjadikan TDA menjadi besar adalah karena adanya nilai dasar (basic value) yang diyakini bersama oleh anggota TDA, yaitu semangat untuk berbagi apaun tentang wirausaha kepada siapapun. Semangat berbagi tersebut kemudian menjadi alasan bagi banyak orang bergabung dengan TDA, baik mereka yang hanya sekedar ingin mendapatkan ilmu saja tanpa mau berbagi, maupun mereka yang benar-benar mau berbagi baik lewat tulisan, peluang usaha maupun yang lainnya.

Yang lebih unik lagi di TDA dalam urusan membagi ilmu adalah kadang kala ilmu tersebut justru dibagikan kepada orang yang mempunyai core bisnis yang sama dengan yang memberikan, yang seharusnya menurut ilmu ekonomi modern (kapitalis) harusnya menjadi pesaing kita dan kita harus menutup rapat informasi sekecil apapun kepada pesaing kita tersebut. Semangat berbagi kepada sesama, itulah salah satu nilai dasar Komunitas TDA, yang menjadi kelebihan dibandingkan dengan komunitas wirausaha lainnya.

Nilai dasar atau alasan yang mendasari kita dalam melakukan sesuatu atau niat sangat penting dalam kegiatan sehari-hari termasuk dalam menjalankan usaha kita. Mengapa?? Menurut saya ada beberapa alasan yang dapat kita jadikan bahan pemikiran agar kita mempunyai nilai dasar ataupun niat dalam setiap melakukan tindakan

Yang pertama adalah menjadi batu pijakan langkah awal saat kita akan memulai sesuatu usaha. Minimal jika langkan awal kita sudah tergambar dengan jelas, maka untuk langkah-langkah selanjutnya akan lebih mudah dan terarah. Usaha merupakan suatu perjalanan yang panjang, untuk itu langkah awal merupakan sesuatu yang sangat perlu, jika kita saat pertama melangkah sudah tidak tahu akan kemana, maka akan merepotkan kita untuk melakukan pengembangan usaha.

Yang kedua adalah menjadi parameter atau tolak ukur bagi setiap langkah atau tindakan yang kita ambil. ini juga akan memudahkan kita dalam mencapai tujuan ataupun target usaha kita. Kita dapat melihat dan mengevaluasi apakah usaha kita telah berjalan sesuai dengan nilai dasar saat kita memulai usaha ataukah justru melenceng jauh dari nilai dasar tersebut.

Yang ketiga adalah menjadi corporate culture usaha kita.  Corporate culture menurut saya sangat penting, karena dapat menggambarkan identitas dari sebuah perusahaan dan juga menjadi pedoman perilaku yang baku bagi setiap orang yang ada didalamnya, tidak perduli karyawan maupun pemilik perusahaan tersebut.

Jadi bagaimana dengan usaha anda???
Semoga bermanfaat.  

Selasa, 05 Oktober 2010

TIPS SEDERHANA BAGI PELAKU USAHA PEMULA

Ada seorang kawan, mantan national manager di sebuah perusahaan multinasional dengan prestasi kerja yang bagus. Beliau ini sudah sekitar 1,5 tahunan resign untuk kemudian banting setir menjadi seorang wirausaha. Beliau berkeluh kesah tentang usaha yang sedang di jalaninya, hasil tidak seberapa, tabungan kok makin menyusut bukanya malah bertambah dari hasil usahanya tersebut. Saat pertama kali berniat terjun menjadi seorang wirausaha, beliau cerita yang ada di pikiran beliau adalah “lha wong saya memanage perusahaan besar (tempat di bekerja) dengan jaringan multinasional aja bisa dan sukses, kenapa menjalankan perusahaan kecil (usaha sendiri) tidak bisa??”,

Kenyataannya setelah dia jalani justru terbalik, usahanya tidak maju sepesat kemajuan perusahaan lama tempat dia pernah jadi national manager, yang ada malah tabungan dari gaji selama bertahun-tahun ludes tersedot untuk aktifitas usaha tidak sebading dengan pendapatan dari usaha barunya tersebut.. Menurut yang bersangkutan, semua ilmu dan praktek manajamen yang pernah dia baca dan praktekan sudah diterapkan, tapi ternyata tidak membawa hasil, lalu salahnya dimana???. Coba kita ukur dengan tips yang saya dapatkan dari sebuah ceramah di Intelectual Business Community, sebagai berikut:

Rubah mindset kita dari mindset karyawan menjadi mindset pengusaha. Salah satu mindset yang harus kita rubah adalah dalam hal keatktifan kita dalam merespon sesuatu. Dulu saat masih menjadi karyawan kita sering berlaku pasif, kalo tidak ada kerjaan, kadang kita malah senang, tidak berusaha untuk mencari atau bertanya ke atasan apalagi yang bisa saya kerjakan, kalo perlu malah gak usah ada kerjaan saja. Lain halnya dengan kalo kita sudah punya usaha, kita harus aktif untuk mencari dan menangkap kerjaan dan peluang untuk mendapatkan pendapatan bagi usaha kita sehingga cash flow dapat berjalan.

Tinggalkan kebiasaan lama saat masih menjadi manager (ataupuan jabatan lainnya sata kita masih karyawan), apalagi jika kebiasaan tersebut secara financial membebani keuangan usaha kita. Sebagi contoh sederhana adalah, pada saat kita masih menjadi manager jika kita keluar kota maka kita dari kantor akan mendapatkan fasilitas naik pesawat kelas bisnis, tidur di hotel minimal hotel bintang 4, makan selalu makanan dari hotel. Jika kebiasaan tersebut terbawa terus setelah kita mempunyai usaha terutama saat sedang merintis, maka dapat dipastikan akan membebani biaya operasioanl atau bahkan jangan-jangan laba yang akan kita dapat dari deal bisnis di kota tersebut tidak cukup untuk membiayai perjalanan bisnis kita tersebut. Unutk itu kita mau gak mau harus merubah kebiasan kita tersebut. Misal kalo perjalanan ke luar kota untuk deal bisns, yha cukup naik pesawat kelas ekonomi, tidur di hotel bintang 2 atau 3, makanpun tidak harus selalu di hotel kecuali sarapan yang memang sudah satu paket dengan kamar. 

Harus belajar untuk bisa mengerjakan semuanya secara keseluruhan. Saat kita masih menjadi manager, jika ada kerjaan kita tinggal mendistribusikan kerjaan tersebut kepada bawahan kita, untuk kemudian kita menerima hasil dari pekerjaan dan kita analisa. Ada satu hal yang tidak kita lakukan dalam alur tersebut yaitu proses untuk mendapatkan hasil. Sebagai pemilik usaha, seyogyanya diawal-awal kita juga harus tahu dan mau terlibat bagaimana proses atas usaha kita tersebut berjalan, sehingga kita bisa tahu mana yang masih kurang, mana yang mesti diperbaiki ataupun bagianmana dari usaha kita yang benar-benar potensial untuk dikembangkan. Jika segala sesuatunya diserahkan kepada karyawan, tanpa kita mau tahu atau belajar terhadap prosesnya, maka jika ada karyawan andalan kita keluar maka akan menghambat usaha kita. Lain halnya jika kita memang tahu alur usaha kita, maka jika ada karyawan yang tidak masuk dan tidak ada karyawan lain yang bisa menggantikan, untuk sementara kita sebagai pemilik usaha bisa menggantikannya.

Harus mau mengerjakan hal-hal besar sampai yang kecil sendiri. Ini masih terkait dengan point 2 di atas. Dengan mau mengerjakan hal-hal baik yang besar maupunkecil sendiri, akan menghilangkan ketergantungan kita terhadap karyawan. Bayangkan jika kita baru mulai usaha akan tetapi berjalan atau tidak berjalannya usaha kita tersebut tergantung karyawan, maka usaha kita dijamain akan segera tutup dengan suksesnya. Disamping itu, cara ini juga akan lebih menghemat biaya di awal usaha kita berjalan sehingga tidak membebani cash flow. Akan tetapi setelah usaha kita berjalan, fungsi dalam usaha harus mulai pelan-pelan di delegasikan kepada karyawan, agar usaha juga tidak tergantung kepada individu pemiliknya saja. 

Siap mental dalam menghadapai masalah. Dalam setiap pekerjaan ataupun usaha pasti ada masalahnya yang menimpa. Masalah merupakan ujian bagi kita dan bukan untuk kita hindari tapi justru untuk kita hadapi. Karena jika kita berhasil mengatasi masalah, artinya kita akan naik kelas. Sama seperti sekolah, untuk naik kelas selalu ada ujiannya terlebih dahulu. Untuk mengatasi masalah kita harus berpikir tenang, tidak panik ataupun menyalahkan seseorang atau sesuatu apapun. Berdiskusi dengan keluarga ataupun teman juga akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah. Di Komunitas Tangan Di Atas yang saya ikuti, kami punya kelompok mastermind, kelompok diskusi kecil 5-8 orang untuk sarana saling berbagi belajar dan mencurahkan kesulitan-kesulitan dalam menjalankan usaha. Biasanya teman-teman satu kelompok akan memberikan masukan, pertimbangan bahkan kadang masalah yang kita hadapi ternyatan pernah juga dihadapai salah satu teman dalam mastermind, sehingga kadang kala kita bisa diberitahu cara kita menyelesaikan masalah tersebut atau minimal menjadi referensi bagi kita untuk menyelesaikan masalh yang sedang kita hadapi.

Diantara semua tips tersebut di atas, yang paling penting adalah jangan lupa berdo’a kepada Tuhan dan berbagi kepada sesama baik berbagi ilmu, sodaqoh maupun yang lainnya. Yakinlah bahwa dengan memberi kita akan menerima lebih banyak lagi.

Semoga bermanfa’at.

Selasa, 28 September 2010

DIAGNOSA FINANCIAL & KEBUTUHAN

“Saya pengen usaha, tapi saya kesulitan untuk mengumpulkan modal usaha. Gaji saya pas-pasan dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja, sedang untuk mengajukan kredit ke bank saya tidak berani untuk berhutang”.

Keluhan seperti di atas, sering kali saya dengar, baik dalam diskusi off line maupun dalam milist-milist yang saya ikuti. Selain mental blocking atas mind set kita dalam mencari rizki, modal, terutama yang dalam bentuk uang, memang sering menjadi kendala tersendiri saat kita memulai usaha. Sering kali kita ragu untuk menggunakan uang yang kita miliki untuk memulai suatu usaha. Ketakutan yang sering kita miliki adalah jika modal tersebut tidak cukup atau bahkan kita tidak punya modal sama sekali.

Bagi anda yang saat ini bekerja sebagai karyawan, dan merasa bahwa gaji anda hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga anda merasa tidak bisa menyisihkan sebagian penghasilan anda untuk mengumpulan modal usaha, cara sederhana sebagaimana tersebut dibawah ini mungkin bermanfaat bagi anda.

Pertama yang harus anda lakukan adalah melakukan diagnosa financial kehidupan anda. Cara ini dapat dilakukan dengan sangat sederhana. Tinggal ambil alat tulis, lalu tuliskan dan buat daftar pengeluaran anda & keluarga sehari-hari, sedetail-detailnya lengkap dengan angkanya. Misal untuk makan berapa rupiahnya, untuk cicilan rumah/motor berapa rupiahnya, uang sekolah anak berapa rupiahnya, uang jalan-jalan berapa rupiahnya, bayar listrik telphon rumah, HP berapa rupiah dan pengeluaran rutin lain-lain yang biasa kita temui.

Yang kedua Lalu kita timbang-timbang, pengeluaran mana yang bisa kita lakukan penghematan. Misal untuk HP biasanya 150 ribu, masak sich gak bisa kita irit menjadi 75 ribu saja. Caranya?? Tinggal mengurangi pemakaian HP yang tidak perlu atau mengurangi biaya listrik, dengan cara menghemat pemakaian listrik di rumah dengan mengganti dengan lampu hemat energi atau hanya menyalakan lampu seperlunya saja. Dan masih banyak lagi cara untuk meminimalisir pengeluaran kita terutama untuk hal-hal yang tidak berguna.

Satu hal lain yang juga akan sangat membantu dalam meminimalisir  pengeluaran kita adalah, pada saat kita akan belanja, sebaiknya kita harus mampu membedakan apakah yang akan kita beli tersebut adalah memang “KEBUTUHAN” atau “KEINGINAN”. Sering kali kita membeli sesuatu hanya karena ingin, bukan karena membutuhkan barang yang kita beli tersebut, akibatnya setelah sampai rumah kadang barang yang sudah dibeli tidak digunakan hanya ditaruh saja di lemari sampai berjamur. Jika kita renungkan lebih dalam, alngkah sayangnya uang yang kita keluarkan untuk membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan, coba dikumpulkan saja untuk modal usaha dan langsung dibuka dan dijalankan usahanya, insya Allah hasilnya akan berlipat ganda.

Membuat alokasi penghasilan juga sangat perlu. Caranya adalah dengan membagi penghasilan kita menjadi 3 atau 4 bagian. Misal 30% untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk ditabung, 30% untuk investasi (modal usaha) dan 10% untuk lain-lain, misal kegiatan sosial atau yang lainya. Lalu kita membuat aturan yang tegas bahwa alokasi yang sudah kita buat tersebut tidak boleh tercampur karena alasan apapun dan segera digunakan sesuai kebutuhannya. Misal yang untuk ditabung yha segera di setorkan ke Bank atau alokasi yang untuk investasi yha segera untuk memulai usaha atau menambah modal usaha.

Susah?? Tidak, jika kita mau untuk menjalankannnya secara konsisten, maka mengumpulkan modal dari kantong sendiri adalah bukan sesuatu yang mustahil.

Semoga berguna.

Senin, 20 September 2010

Jangan Takut Sama Minimarket Terkenal

Pulang ke Malang adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Disamping mengunjungi mertua, juga bisa incip-incip banyak makanan enak seperti rujak cingur, pecel dan kawan-kawanya atau mengenang kembali romantisme masa kuliah beserta segala macam tetek bengeknya.

Saat pulang lebaran ke rumah mertua yang terletak sekitar 50 Km dari Kota Malang, hawa dingin dan hujan deras setiap hari menjadi teman sehari-hari. Tidak banyak yang berubah dari tempat mertua, hanya ada satu perubahan mencolok di desa rumah mertua yaitu berdirinya toko salah satu jaringan minimarket terkenal, di sebelah toko oom istri saya, hanya berjarak sekitar 2-3 toko saja. Dan kabarnya 1-2 bulan lagi, sang minimarket pesaing minimarket yang sudah ada juga akan hadir disitu, malah letkanya persis di samping toko om istri saya tersebut. Maklum kedua minimarket ini kayak metromini, kalo lihat ada yang ngetem dilokasi itu, maka langsung saja yang satunya ikut ngetem.

Iseng-iseng saya tanya om saya tentang omset tokonya setelah adanya minimarket tersebut. Dengan santainya dia menjawab, gak pengaruh, malah sekarang dia ada tempat kulakan dekat dan lebih murah dari pada harus kulakan ke Kota Malang yang lebih jauh dan mahal bensinya. Saat saya Tanya dimana tempat kulaka tersebut, dengan santainya dia menjawab, yha di Minimarket tersebut. Lho kok bisa?? Tanya saya sambil membayangkan apa justru gak lebih mahal jatuhnya harga.

Om istri saya cerita, bahwa dia selama ini mencermati metode jualan dan promosi dari minimarket tersebut. Minimarket itu selalu promosi dengan harga yang lebih murah dari tempat dia kulakan, akan tetapi hanya untuk 5-6 pak pembelian pertama saja dengan minimal pembelian satu orang pembeli 2 pak. Sebagai contoh adalah salah produk air mineral kemasan gelas, om istri saya jika kulakan di Malang sekitar Rp.11.000, minimarket tersebut jika sedang promosi harganya cuma Rp.10.500, sedang harga jual normal adalah Rp.15.000-Rp.16.000. Jika sedang ada promosi, maka dia akan beli langsung 5 pak di minimarket tersebut.

Seperti sudah saya tulis di atas, promosi di minimarket tersebut hanya untuk 5-6 pak pertama, sehingga setelah dibeli 5 pak oleh om istri saya dan anaknya, maka harga air minum kemasan di minimarket tersebut sudah kembali ke harga normal, karena jatah promosi sudah habis di beli om istri saya dan anaknya. Setelah minimarket kembali menjual air minum kemasan dengan harga normal, maka om istri saya juga akan menjual air minum hasil kulakan di minimarket tersebut dibawah harga normal minimarket tapi masih lebih tinggi dari harga kulakannya.

Jadi dia bisa ngirit biaya kulakan ke Malang, tapi barangnya lebih laku dari minimarket tersebut karena harganya lebih murah. Dan minimarket itulah yang membuat dia bisa kulakan murah dan irit.

Jadi kalo mau kreatif, bersaing dengan minimarket terkenal ternyata masih bisa disiasati.
Semoga bermanfaat.

Selasa, 17 Agustus 2010

JANGAN PERNAH BERDO’A MINTA KAYA

Itulah salah satu nasehat almarhum ayah saya yang selalu terngiang ditelinga sampai saat ini. Saat pertama kali mendengarnya ada berjuta pertanyaan yang datang dibenak saya. “kenapa gak boleh minta kaya”?? bukankah Islam mengajarkan, kejarlah duniamu seakan kamu akan hidup selamanya dan kejarlah akhiratmu seakan kamu akan mati esok”??, yang dapat dipersepsikan untuk urusan dunia kita harus kaya raya biar cukup untuk hidup selamanya.

Jawaban atas pertanyaan tersebut saya dapatkaan secara jelas saat kuliah di Malang. Dalam sebuah pengajian yang saya ikuti, sang ustadz berpesan hal yang sama, kali ini disertai penjelasan yang patut untuk direnungkan. Antara lain, jika kita berdo’a minta kaya, maka jika Allah mengabulkannya, maka dikhawatirkan akan membuat kita tenggelam dalam urusan kekayaan semata dan melupakan urusan akhiratnya yang menjadi kewajiban atas kekayaan itu. Disamping itu, kekayaan yang diberikan Allah tersebut jangan-jangan bukanlah nikmat yang sesungguhnya. Akan tetapi adalah ISTIDJRAT, atau ujian atau cobaan dari Allah yang dirupakan dalam bentuk kekayaan, jika kita tidak sadar kemudian kita tidak lulus ujian tersebut, Allah pasti akan mengambilnya kembali, karena kita belum pantas untuk menjadi kaya. Disamping itu, kita dikhawatirkan akan menjadi serakah, karena seberapapun kekayaan yang diberikan Allah kita pasti tidak akan merasa puas, ujung-ujungnya akan menghalalkan segala cara untuk menjadi lebih kaya lagi.

Lalu kita harus berdo’a yang bagaimana?? Berdo’alah minta rizki yang halal, lancar, luas serta barokah. Jika do’akita seperti tersebut diatas, maka dalam do’a kita terkandung unsur kehati-hatian, karena hanya minta rizki yang halal saja dari Allah, yang lancar, luas serta mempunyai unsur rizki yang barokah. Lalu apa ukurannya rizki yang barokah?? Salah satu tolak ukur rizki yang barokah adalah jika rizki kita tersebut mempunyai dan mendatangkan manfaat juga bagi orang lain. Sehingga mendorong kita untuk selalu bersodaqoh, mengeluarkan zakat sesuai kewajiban kita serta selalu bersyukur kepada Allah atas rizki yang diberikan-Nya.

Dalam do’a minta rizki yang halal dan barokah juga terkandung filter agar rizki yang diberikan oleh Allah adalah rizki yang terseleksi, yaitu harta yang benar-benar berupa rizki yang merupakan NIKMAT atau rizki yang diberikan oleh Allah tanpa mengandung ujian ataupun cobaan apapun dan bukan sebuah ISTIDJRAT.

Asalkan kita tidak lupa untuk mengeluarkan titipan untuk anak yatim dan kaum dhu’afa, insya Allah rizki yang akan datang adalah benar-benar NIKMAT.

Allahuma Nas’aluka ilman nafi’an, wa rizkon wasi’an wa halalan thoyiban.. Amin.

Semoga bermanfaat.

Jumat, 23 Juli 2010

Wirausaha Muda

Imam Al Ghazali berpesan “Yang jauh itu WAKTU, yang dekat itu MATI, yang besar itu NAFSU, yang berat itu AMANAH, yang mudah itu BERBUAT DOSA, yang panjang itu AMAL SOLEH, dan yang indah itu adalah MEMA’AFKAN.

Dalam Al Qur’an, banyak sekali surat yang menjelaskan tentang betapa pentingnya sebuah Waktu. Bahkan Al Qur’an sendiri menegaskan bahwa manusia selama ini dalam keadaan merugi, jika tidak menggunakan waktu hidupnya untuk berbuat kebaikan. Sering kali kita menganggap waktu (hidup kita) masih sangat jauh. Sering kali secara sadar maupun tidak sadar kita menganut semboyan “mumpung masih muda, waktunya untuk bersenang-senang”, padahal salah satu dari empat hal utama yang akan ditanyakan pertama kali kepada kita setelah kita mati adalah “kau gunakan untuk apa masa mudamu???”.

Saat melihat festival wirausaha muda mandiri beberapa bulan yang lalu, saya tertegun membaca banyaknya orang muda yang umurnya dibawah saya yang mempunyai omset milyaran rupiah. Dari besarnya omset usaha saja kita sudah dapat membayangkan berapa tenaga kerja yang dapat terserap dalam usaha tersebut. Jika dipikir lebih jauh lagi berapa orang yang kehidupanya ditopang oleh usaha tersebut dan multiple effect yang timbulkan dari sebuah usaha juga sangtalah besar, mulai dari penyedian bahan baku, kemasan, gerobak/warung sampai pemulung.

Sunggu sangat berbahagialah orang yang sedari muda sudah punya usaha yang sukses dan mampu memberdayakan dan membantu orang lain untuk mendapatakn pekerjaan dan kehidupan yang layak. Maka tidak aneh jika salah satu profesi yang paling mulya di dunia ini adalah wirausahawan yang jujur, karena Rosulullah sendiri adalah seorang wirausahawan yang jujur, bahkan kejujuranya dalam berwirausaha terdengar jauh sampai ke pelosok negeri-negeri di jazirah arab dan sekitarnya.

Begitu juga sahabat-sahabat dekat beliau rata-rata adalah seorang wirausahawan. Dikisahkan ada salah satu sahabat yang ikut hijrah ke Madinah. Pada waktu pertama kali dating ke Madinah rata-rata sahabat Nabi tidak mempunyai harta yang layak untuk hidup. Sahabat tersebut ditanya oleh salah satu pemuka Madinah, “”Wahai saudaraku, aku memiliki dua kebun, pilihlah mana yang engkau suka, lalu ambillah.” Sahabat tersebut menjawab, ”Semoga Allah memberikan berkah kepada harta dan keluargamu. Akan tetapi, tunjukanlah kepadaku pasar.” Setelah ditnjukan letak pasar yang ada, mulailah sahabat tersebut berdagang dengan modal yang dia punyai. Terbukti kemudian sahabat tersebut merupakan salah satu sahabat yang terkaya dan paling banyak sedekahnya untuk perjuangan Islam. Itulah Abdurrahman bin Auf, yang sedari muda sudah gemar berdagang. Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi dermawan.

Memulai usaha sedari muda akan membawa banyak keuntungan, apalagi jika kita belum menikah. Kita akan mempunyai kebebasan waktu yang lebih banyak, serta lebih ringan beban pikiranya. Orang yang belum menikah, belum terikat untuk berbagi waktu dengan anak dan istri, begitu juga dengan beban hidup. Tidak harus memikirkan nafkah untuk hidup keluarga sehari-hari maupun belanja kebutuhan keluarga ini dan itu. Sehingga pikiran dapat lebih focus untuk mengurus dan menjalankan bisnis kita. Di Usia Muda kita juga akan lebih mudah dan cepat untuk belajar segala sesuatunya. Jadi jangan buang waktu andaselagi muda, gunakanlanh untuk berkarya dan memulai segal sesuatunay termasuk untuk memulai berwirausaha.

Tapi memulia bisnis di usia berapapun adalah lebih baik daripada tidak pernah memulai bisnis sama sekali.

Salam bisnis.

Selasa, 13 Juli 2010

FRANCHISE

Pak Burang Riyadi, saat memberikan ceramah dalam Bimbingan Teknis Waralaba tadi pagi, bercerita bahwa dia sering mendapat pertanyaan “bidang usaha waralaba apa yang terbaik??”. Menurut beliau, susah untuk menjawabnya, karena masing-masing bidang punya keunikan sendiri. Beliau hanya menjawab “usaha yang terbaik adalah usaha yang dijalankan dengan (sepenuh) hati, apapun usaha itu”.

Jawaban yang sangat menarik, yang mengandung banyak makna, salah satunya jika kita sebagai franchisee (penerima waralaba/mitra), maka dalam menjalankan usaha sebagai franchisee hati kita juga harus lebur dalam usaha tersebut atau dengan kata lain kita harus menjalankannya sepenuh hati, kita tidak bisa hanya ingin duduk-duduk leyeh-leyeh, usaha kita untung dan kita tinggal menikmati keuntungannya. Karena ternyata banyak franchisee yang saat mengambil franchise mempunyai mindset, tinggal bayar biaya franchise, tidak perlu kerja, tetap akan untung.

Mindset tersebut di atas, merupakan mindset yang salah. Saat Pesta Wirausaha 2010 dalam rangka MILAD 4 TDA, Bapak Chaerul Tanjung pemilik Para Group menyatakan bahwa dalam dimen duniawi kesuksesan merupakan kejadian pribadi dari seseorang. Artinya jika kita bergaul dengan lingkungan orang sukses, tidak otomatis kita menjadi orang sukses, butuh usaha secara pribadi dari orang tersebut untuk menuju sukses. Bergaul dalam lingkungan orang sukses hanya memperbesar kesempatan kita menjadi orang sukses.  Begitu juga menjadi franchisee, tidak selamanya jika kita mengambil franchise yang sudah terbukti menguntungkan, maka kita pasti untung. Tetap butuh campur tangan franchisee secara langsung agar franchise yang kita ambil bisa untung.  

Sebaliknya jika kita franchisor maka kita juga harus menggunakan hati kita dalam berhubungan dengan franchisee kita, baik dalam hal berbagi keuntungan, berbagi resiko usaha maupun berbagi kesuksesan. Salah satunya adalah dengan memberikan informasi yang benar & jujur tentang usaha kita, baik resiko maupun potensi keuntungan dan kerugiannya. Franchisor harus mau menjadi konsultan franchisee, terutama untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh franchisee dalam menjalankan usahanya. Franchisor jangan hanya mau uangnya franchisee-nya saja. Dalam memfranchisekan usahanya, Pak Burang Riyadi juga berpesan agar minimal kita sudah mengalami menjalankan sendiri usaha yang kita franchisekan tersebut. Termasuk mengalami BEP/ROI sesuai hitung-hitungan ynag kita berikan kepada calon franchisee. Misal kita memberikan hitungan-hitungan bahwa BEP/ROI akan kembali dalam waktu 9 bulan, maka kita sudah harus pernah mengalami menjalankan bisnis tersebut dan kembali modal dalam waktu 9 bulan.

Terlepas dari semua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memfranchise-kan usaha kita, seandainya saat ini persyaratan tersebut belum dapat kita penuhi, tidak adasalahnya kita mulai membuat langkah awal untuk star-up franchise yaitu dengan cara mulai membuat standar konsep usahanya serta membuat dokumentasi tentang usaha kita baik SOP-nya, Laporan Keuangan, pelatihan maupun marketing & branding tools.

Senin, 31 Mei 2010

SALAM SATU JIWA, UNTUK (KEMAJUAN SEPAK BOLA & EKONOMI) INDONESIA AREMA VS PERSIJA, GBK 30 MEI 2010

Membanggakan....... hanya itulah yang bisa diucapkan saat melihat pertandingan Arema VS Persija di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) hari Ahad kemarin. Terlepas dari kejadian 2 x 45 menit di dalam lapangan, mulai atraksi dan nyanyian penonton di tribun yang luar biasa sampai jumlah penonton yang membludak di tribun bawah sampai tribu atas hingga meluber ke lintasan atletik dan yang lebih patut di acungi jempol adalah tidak ada satupun lemparan benda-benda apapun baik air mineral gelas/botol maupun batu  ke arah lapangan, yang ada hanyalah kembang api, kertas warna-warni yang beterbangan, balon-balon sampai asap warna jingga dan biru, warna khas Persija dan Arema, semuanya patut di acungi jempol.

Didalam tribun GBK sendiri warna jingga dan biru bercampur menjadi satu. Di Tribun yang khusus untuk Persija terlihat ada suporter yang juga memakai warna biru, begitu sebaliknya, di tribun khusus Aremania banyak juga terlihat suporter yang memakai warna jingga. Kesadaran untuk menjadikan pertandingan sepak bola sebagai tontonan/hiburan bagi keluarga juga tergambar secara nyata. Terlihat banyak penonton yang datang ke stadion GBK dengan membawa istri dan anak-anaknya yang masih berumur 5-6 tahunan, lengkap dengan atribut kaos baik Arema maupun Persija.

Tidak seperti perjalanan suporter salah satu klub di Jawa Timur sebelumnya, perjalanan Aremania/nita dari Malang dan kota-kota lain di luar Jakarta juga sepi (bahkan tidak ada) dari pemberitaan mengenai tawuran atau lemparan-lemparan batu dengan warga sepanjang rute Jakarta-Malang, keluhan PT. Kereta Api akibat gerbong yang rusak ataupun pedagang yang daganganya di jarah. Yang ada adalah kebalikannya, Aremania/nita datang dengan tertib dan pulangpun dengan tertib dengan di iringi lagu terima kasih dari Aremania kepada the Jakmania atas sambutanya dan dibalas ucapan selamat jalan dari the Jakmania kepada Aremania.

Apakah ini pertanda kebangkitan Sepak bola Indonesia?? Jawabannya mungkin saja, jika setiap pertandingan bola di Indonesia bisa se damai dan se meriah Arema VS Persija kemarin, jika semua suporter se Indonesia bisa tertib seperti Aremania dan the Jakmania, jika pengurus PSSI-nya bisa profesional dan yang pasti jika Ketua Umum PSSI-nya sudah bukan Nurdin Halid he.. he.. saya yakin sepak bola Indonesia akan kembali dapat menuai prestasi.

Dari sisi ekonomi, pertandingan sepak bola yang aman juga membawa dampak ekonomi yang tidak sedikit. Jika kita hitung perputaran uang dari ticket masuk saja, yang rata-rata harganya Rp.30.000,-, dan kabarnya Panitia mencetak 70.000 lembar ticket, maka akan ada uang pembelian ticket sebanyak 2,1 milyar. Belum lagi  Pendapatan yang di raih PT. KAI untuk perjalanan suporter dari Malang ke Jakarta PP yang jumlahnya ribuan orang, ditambah lagi dari carter bus Aremania yang kabarnya mencapai lebih dari 200 bus, belum jika kita hitung yang carter mobil sewaan dan yang berangkat membawa mobil sendiri, perputaran uangny akan sangat dahsyat.  Belum lagi penghasilan dari transaksi merchandise atau atribut team kesayanganya, kaos-kaos dan syal Arema dan Persija, sejak pagi bahkan sabtu sore sudah banyak yang terbeli baik oleh masyarakat umum yang beraktifitas di GBK maupun suporter dadakan yang belum punya atribut.

Pertandingan kemarin juga membawa berkah sendiri bagi para pedagang kecil di sekitra GBK. Entah mengapa para pedagang di sekitar GBK-pun terlihat tenang-tenang saja saat pertandingan berakhir dan puluhan ribu penonton keluar dari stadion, tidak terlihat wajah ketakutan. Justru saat penonton keluar dagangan mereka bertambah laris karena diserbu penonton yang kehausan maupun kelaparan. Saya melihat di gerbang GBK dekat patung pemanah yang menuju ke Sudirman, pedagang pecel terlihat sibuk dengan pembelinya, uang 5 ribuanpun terlihat menumpuk ditangan ibu pedang pecel tersebut, sedangkan suami/anaknya terlihat sibuk mempersiapkn pecel di atas cetok daun pisang untuk diberikan kepada suporter yang kelaparan.  belum lagi yang sekedar mampir untuk beli air mineral gelas seharga 1.000/cupnya maupun teh botol dari berbagi merek. Itulah rizki dibalik pertandingan sepak bola yang damai, aman & tertib. Bayangkan jika kondisi pertandingan sepak bola di Seluruh Indonesia berlangsung tertib, berapa uang yang dapat berputar dan berapa industri rakyat yang dapat hidup dari berkah sepakbola yang aman dan tertib tersebut.

Keberhasilan Arema menjadi juara ISL 2010 juga mencerminkan kemenangan sepak bola profesional. Arema yang dikelola secara profesional dan mandiri, tanpa dana APBD, membuktikan bahwa sepak bola Indonesia pun bisa mempunyai klub yang mandiri tanpa harus menengadahkan tangan hanya mengandalkan dari uang APBD. Dengan mengandalkan dana sponsor dan yang terbesar dari pemasukan ticket dan penjualan atribut, Arema bisa hidup dan berprestasi. Profesionalitas Arema tersebut diperindah dengan cita-cita Aremania yang ingin menularkan semangat profesionalitas dan semangat kekeluargaan ke seluruh Indonesia lewat lagu-lagunya

Kami AREMA...........
SALAM SATU JIWA.........

Di INDONESIA.......
Kan Selalu Ada..........

Selalu Bersama..
Untuk Kemenangan.........

Minggu, 23 Mei 2010

Waralaba Dalam Kacamata Hukum [1]


SYARAT-SYARAT AGAR USAHA DAPAT DIWARALABAKAN


Gagasan untuk membuat warung bakso bakar barbeque sebenarnya datang dari keterpaksaan karena banyaknya stock bakso yang menumpuk di rumah saya. Dari pada mubazir karena kadaluarsa akhirnya datang ide untuk jualan bakso bakar. Dimulai dari ngelapak di TMII, sampai akhirnya membuka warung sendiri di Jalan Raya Jatiwaringin depan kampus BSI dan ikut ngelapak di Pesta Wirausaha kemarin. Tidak diduga respon yang ada ternyata cukup banyak, bahkan banyak yang menanyakan system kemitraannya, karena saya iseng-iseng bikin blog di www.baksobakarmalang.blogspot.com untuk menawarkan system kemitraan.


Menawarkan system kemitraan usaha melalui franchise atau waralaba merupakan cara tersingkat dan termudah untuk menduplikasi usaha yang kita miliki. Melalui waralaba, usaha kita akan lebih cepat tersebar di masyarakat dan ujung-ujungnya lebih dikenal olen konsumen melalui outlet-outlet milik mitra kita tersebut. Impian mempunyai puluhan bahkan ratusan “cabang” pun lebih mudah direalisasikan dalam bentuk kemitraan dengan system waralaba.


Dalam kacamata bisnis mewaralabakan usaha kita memang sangat mudah, jika kita telah siap dengan system baku atau standar operasional prosedur, membuat paket usaha, daftar peralatan yang diperoleh mitra serta membuat kejelasan hak dan kewajiban mitra dan kita sebagai pemberi waralaba, maka siaplah usaha kita untuk diwaralabakan. Akan tetapi ada baiknya sebelum kita mewaralabakan usaha yang kita miliki, kita lihat persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang waralaba. Mengapa hal tersebut penting? Yang pertama adalah agar tidak merugikan investor/mitra yang mengambil paket kemitraan dan yang kedua adalah menghindarkan kita dari sanksi hukum baik perdata maupun pidana. Berkaca dari hal tersebut, akhirnya beberapa permintaan kemitraan untuk membuka bakso bakar barbeque terpaksa belum bisa saya penuhi.


Sebenarnya apa itu Waralaba dan apa syarat sebuah usaha layak diwaralabakan???.


Waralaba diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 (PP 42/2007). Dalam PP 42/2007 definisi Waralaba adalah “hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”. Dari definisi tersebut diatas, jelas waralaba terbuka untuk usaha barang maupun jasa, kecuali jasa bidang hukum dan pajak yang menurut peraturan mempunyai sifat kekhususan tersendiri berkenaan dengan perizinan yang harus dimiliki.


Sebelum suatu usaha dapat di waralabakan, menurut PP 42/2007 ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh usaha tersebut yaitu:

Memiliki ciri khas usaha.


Yang dimaksud dengan “ciri khas usaha” adalah suatu usaha yang memiliki keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan membuat konsumen selalu mencari ciri khas dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan, atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari Pemberi Waralaba.




Terbukti sudah memberikan keuntungan

Yang dimaksud dengan “terbukti sudah memberikan keuntungan” adalah menunjuk pada pengalaman Pemberi Waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi masalah-masalah dalam perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.


Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis


Yang dimaksud dengan “standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis” adalah standar secara tertulis supaya Penerima Waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan sama (Standard Operational Procedure).


Mudah diajarkan dan diaplikasikan.


Yang dimaksud dengan “mudah diajarkan dan diaplikasikan” adalah mudah dilaksanakan sehingga Penerima Waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan bimbingan operasional dan manajemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh Pemberi Waralaba.


Adanya dukungan yang berkesinambungan; dan


Yang dimaksud dengan “dukungan yang berkesinambungan” adalah dukungan dari Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi. Hal tersebut dimaksudkan agar kelangsungan usaha Penerima Waralaba dapat terus terjaga, sehingga Penerima Waralaba dapat menikmati investasi yang telah dike;luarkannya.


Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar.


Yang dimaksud dengan “Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar” adalah Hak Kekayaan Intelektual yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang, sudah didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang. HAKi sebenarnya dalah inti dari waralaba itu sendiri. Mengingat sebenarnya yang dijual oleh Pemberi Waralaba adalah izin untuk menggunakan merek dagang, rahasia dagang ataupun hak cipta yang dimiliki oleh Penerima Waralaba atas barang/usaha yang diwaralabakannya. Dalam hal HAKi milik Pmeberi Waralaba belum didaftarkan, maka jika pendaftaran atas HAKI tersebut di dahului oleh orang lain, maka Pemberi Waralaba akan kehilangan hak hukum atas HAKI yang di waralabakannya tersebut.




(bersambung....)