Senin, 10 Oktober 2016

Tentang Menjadi Hamba Allah


Seorang santri berkeluh kesah ke Kyia-nya :
Santri : pak Yai, saya itu sudah ngawulo (menghamba) ke pak haji itu dari muda smp tua gini, tapi kok pak haji gak pernah memberi sesuatu lebih kepada saya. Saya bangun rumahnya, warungnya sampai bantu peternakannya hingga saat ini.
Kyai :     kamu itu waktu bangun rumahnya, warungnya dan lain-lain itu digaji atau terima bayaran yg lain gak?
Santri : ya dibayar kyai, lha wong saya kerja kok, saya khan butuh uti hidup juga.
Kyai:      ya itu namanya bukan ngawulo (menghamba) tapi kerja yg pake perhitungan. Kalo ngawulo itu gak pake perhitungan. Kamu itu jd kulinya pak Haji, kerja bangun rumah dan warung pak haji krn dpt bayaran.

Sama kayak kita ibadah sama Allah, sering pake perhitungan. Sedekah dihitung minta balasan berlipat, bahkan pake matematika sedekah segala dan di iklankan di tv. Sedekah motor berharap sambil berhitung diganti 10x lipat atau dapat mobil. Sholat mengharap pahala yang banyak. Sholat dhuha sambil berhitung rejeki hari ini dilipatgandakam berapa ya??

Lha kalau model ibadah kita seperti itu, kita itu sebenarnya kita itu mau jadi Abdullah (hamba/kawulo Allah) atau mau jadi sekedar kuli yang di ciptakan Allah???

Kalo kita mau jadi Abdullah maka ibadah kita itu ya tujuanya hanya mencapai ridho Allah. Kalo kita sekedar mau jadi kuli yg diciptakan Allah ya monggo ibadah mengharap yang lain dan berhitung dengan Allah.

Kalo kita ibadah hanya mengharap ridho Allah, insya Allah akan diberi oleh Allah semuanya di dunia dan akhirat. Tapi jika kita ibadah sambil berhitung dan hanya mengharap pahala, Allah hanya akan memberi yg kita hitung dan harap tersebut. Tapi jangan mengharap maghfiroh Allah didunia dan akhirat

(20072016, Sambil Nunggu pesawat ke Palembang, ingat ngaji kemarin di Tuban)
Top of Form
Bottom of Form