Rabu, 15 Juli 2015

Tentang Ucapan Mohon Maaf Lahir dan bathin serta Minal ‘Aidin wal Faizin saat Idul Fitri

Beberapa hari ini sering kali dapat BC baik di WA, BBM maupun di Fesbuk postingan dari seorang “ustadz” yang mempertanyakan (bahkan cenderung menyalahkan) dan menganggap keliru luar biasa kebiasaan kita mengucapkan ucapan Mohon Maaf Lahir dan bathin serta Minal ‘Aidin wal Faizin saat Idul Fitri, dan seperti biasa  membandingkannya dengan tradisi di Turki atau Arab Saudi JJ

Mari kita lihat lagi lebih jernih makna kedua ucapan tersebut dari sisi yang lain.

Mengenai ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin atau “kita kembali dan meraih kemenangan” yang dipertanyakan kemenangan melawan apa dan kembali kepada apa? bahkan “ustadz” tersebut secara su’udzon menyatakan apakah kita menang melawan Ramadhan sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan””??

Jika kita mau berpikir dan memahami dengan positif makna puasa, maka pertanyaan “su’uzdon” tersebut tidak perlu timbul. Sebagaimana sudah mafhum kita ketahui bahwa kita diwajibkan berpuasa adalah agar menjai “La’allakum Tattaqun” atau agar menjadi orang bertaqwa. Disini mempunyai 2 makna, yaitu

1.          Untuk kita yang sebelum Ramadhan ketaqwaan kita berkurang  bahkan hilang, dengan berpuasa mari kita kembalikan ketaqwaan kita tersebut.

2.          Untuk kita yang “sudah merasa bertaqwa” agar meningkakan ketaqwaan kita tersebut.

Dari 2 ha tersebut di atas, jelas kemana kita harus kembali, bukan kembali melakukan keburukan setelah Ramadhan sebagaimana “su”udzon sang “ustadz.” Tapi ucapan “Minal ‘Aidin wal Faizin” lebih bermakna sebagai ucapan do’a dari seorang muslim kepada saudara muslim lainnya “semoga kita kembali menjadi orang bertaqwa bagi yang ketaqwaanya sempat “lepas” dan kembali meningkat ketaqwaannya bagi yang ketaqwaannya masih terjaga.

Mengenai meminta maaf saat idul fitri, hal tersebut tidak ada salahnya, tokh kalo sang “ustadz” konsisten dengan postingannya bahwa minta ma’af bisa setiap saat, berarti minta ma’af saat idul fitri yha juga jangan disalahkan donk… :p

Tapi kalo kita mau merenung lebih jauh tenang permintaan maaf di hari raya Idul Fitri, maknanya bagi seorang muslim sangat dalam. Saya yakin kita semua sudah tahu bahwa di hari raya idul fitri adalah waktu dimana manusia kembali menjadi fitri atau kembali ke kesucian/kebersihan jiwa setelah berpuas selama Ramadhan bahkan ada yang berpendapat bagaikan seperti bayi yang baru lahir kembali.

Untuk kembali menjadi fitri salah satu usaha yang harus kita tempuh adalah memohon maaf atas kesalahan kita baik kesalahan kepada Allah ataupun kepada Manusia. Untuk kesalahan kepada Allah, baik karena kita meninggalkan kewajiban-kewajiban ataupun melakukan hal-hal yang dilarang kita cukup meminta maaf dan ampun langsung kepada Allah. Insya Allah setelah menjalani puasa selama Ramadhan,  menahan nafsu Selama puasa, menjalankan dan meningkatkan ibadah-ibadah selama bulan ramadhan baik melalui sholat tarawih dan witir, membaca al qur’an lebih sering, meningkatkan mengerjakan sholat-sholat lainnya, maka Insya Allah ampunan dari Allah atas dosa-dosakita terdahulu akan diampuni oleh Allah.

Tapi bagaimana dengan kesalahan kita terhadap manusia?? Islam mengajarkan bahwa kesalahan kita kepada manusia hanya akan diampuni oleh Allah setelah kita meminta maaf kepada orang tersebut dan orangnya memberikan maaf kepada kita. Jadi kalo untuk kembali menjadi fitri kita juga harus minta maaf kepada saudara-saudara kita, lantas salahnya dimana???

Satu lagi sang “ustadz” menyarakan kita mengucapkan “As’alukal Afwan Minal Dzahiran Wal Bathinan, tapi “mempertanyakan ucapakn “ mohon maaf lahir bathin”. Bukankah artinya sama saja?? Hanya yang satu dalam bahasa Arab yang satu dalam bahasa Indonesia….


Semoga bermanfaat, agar kita bisa berpikir lebih jernih.

Selamat Idul Fitri 2015, Mohon Maaf Lahir dan Bathin..