Selasa, 15 Desember 2009

Making The Giant Leap

Entah mengapa saya diundang oleh panitia launching buku dari Stanley Atmadja, Founder dan CEO Adira Finance. Kebetulan sekali, dan kalau boleh saya sebut ini adalah berlakunya the law of attraction. Sudah lama saya mengamati sosok ini. Terakhir namanya muncul dalam daftar The Great Marketer versi majalah Marketing. Makin penasaran saya. Tapi sumber tulisan mengenainya masih sedikit. Ternyata, orang sukses seperti beliau juga butuh untuk meninggalkan legacy. Ia pun menuliskan pengalamannya merintis dan membesarkan Adira yang kabarnya sekarang sudah menempati posisi teratas di bisnis leasing. Buku berjudul Making The Giant Leap, nampaknya sangat tepat, mengingat yang telah dicapai oleh Adira memang seperti itu. Dari tahun 1996 sampai 2008, besar aset kredit yang dikelola tumbuh hamper 100 kali mencapai total hampir Rp. 17 triliun, dengan perolehan laba bersih yang meningkat hampir 500 kali menjadi lebih dari Rp. 1 triliun di tahun 2008. Bahkan dalam kurun waktu 1998 sampai 2002, pertumbuhannya mencapai 1.700%! Hebatnya lagi, pertumbuhan itu tidak terjadi sekali saja, tapi berkali-kali secara konsisten. Artinya pertumbuhan itu sustainable. Pertanyaannya adalah tentu: bagaimana cara melakukanya? Ini pasti bikin penasaran khalayak. Jawabannya ada di buku ini. "Buku ini bukanlah berisi teori, tapi praktek-praktek yang diteorikan", ujar Pak Stanley membuka pembicaraannya. Buku ini lahir dari flashback perjalanan Adira Finance selama hampir 20 tahun. Sebagai perusahaan leasing yang katanya tidak ada aset apa pun kecuali "manusia", tentu fokus utama perusahaan adalah bagaimana menggunakan human capital ini sebagai leverage bisnis utama. Memang diakui juga bahwa strategi bisnis yang jitu, struktur organisasi, sistim-sistim, dan tools manajemen memegang peranan penting, namun di atas semua itu, oranglah sumber kinerja yang mengesankan itu. Berdasarkan "praktek yang diteorikan" ini, Pak Stanley memaparkan "teorinya" membangun dan membesarkan Adira Finance Pak Stanley memperkenalkan istilah organisasi baru yaitu Giant-Leap Organization (GLO), yaitu organisasi yang mampu mencapai lompatan kinerja yang konsisten dan sustainable dalam kurun waktu lama. Hal ini bisa diwujudkan jika pengelolaan organisasi tersebut berpusat pada kekuatan sumber daya manusia. Di dalam GLO, melalui sistim kokoh yang berbasis pada pengembangan potensi SDM, maka "orang-orang biasa" akan menjadi "orang-orang luar biasa". Melalui iklim kerja yang diciptakan, budaya perusahaan yang dipraktekkan, pola kerja yang berfokus pada tim, maka potensi SDM yang biasa-biasa saja akan mampu dioptimalkan menjadi kekuatan luar biasa. Berikut ini adalah model Giant Leap Organization yang ditawarkan oleh Pak Stanley: *1. Leader-Driven Enterprise*. Collective leader adalah "jantung" terwujudnya GLO. Mereka tidak hanya tersebar di jajaran puncak, melainkan di seluruh tingkatan organisasi. Tugas hakiki dari sebuah organisasi adalah menjadi "pabrik pemimpin". Dan tugas seorang pemimpin di GLO adalah menciptakan sebanyak mungkin pemimpin lain di seluruh bagian organisasi. *2. Managing by Values.* Lasting company is values-based company. Elemen values ini adalah nilai-nilai budaya yang dipegang teguh dan diyakini oleh semua karyawan dan teraplikasi dalam perilaku kolektif mereka, mencakup level IQ, EQ dan SQ. Bahkan di Adira, karyawan yang beragama Islam diwajibkan ikut pelatihan ESQ. *3. The Power of Team Sinergy*. GLO bukanlah organisasi yang piawai menciptakan "superman", tapi "super team". Esensinya adalah bagaimana menciptakan team synergy, sehingga menghasilkan output yang lebih besar ketimpang pencapaian pribadi-pribadi. Sinergi itu terwujud melalui result oriented goal, team chemistry, syncronized collaboration, team empowerment dan team recognition. *4. People-Focused Execution*. Di dalam GLO, eksekusi menempati posisi sentral selain strategi. Fokus kepada eksekusi harus menjadi nilai dasar, kebiasaan, dan disiplin yang harus dikembangkan secara konsisten dari waktu ke waktu. Eksekusi harus menjadi menjadi pekerjaan langsung pemimpin di semua level organisasi. *5. Winning Spirit*. Sebuah GLO harus memiliki orang-orang dengan spirit untuk menjadi pemenang. Organisasi harus menciptakan kondisi yang dibutuhkan untuk menanamkan mindset "play to win", yang mencakup keberanian mengeksplorasi hal baru, melakukan umpan balik yang jujur, dan keterbukaan. Empat sikap yang harus dikembangkan adalah: dream big think big, good is not enough, sky is the limit, healthy environment. *6. Human Emphaty*. GLO sangat concern membangun human emphaty dengan cara memfasilitasi terwujudnya kehidupan yang seimbang dari setiap karyawannya, mencakup family life, professional life, social life dan spiritual life, sehingga karyawan menemukan meaning of life. Peran perusahaan menjadi "holistic company". A sustainable company is a holistic company. Luar biasa sekali buku ini. Sikap saya terhadap teori-teori Pak Stanley adalah: no question. Karena dia telah mempraktekkan semua yang dituliskan ini. He walked the talks. Dia bukan pengamat atau teoritikus. Beruntung sekali saya bisa hadir dan dihadiahi buku seperti ini di penghujung tahun ini. Ini menjadi bekal saya untuk melangkah dan berbuat lebih baik lagi buat organisasi. Ada satu hal yang saya suka dari pertumbuhan bisnis Pak Stanley. Bahwa di 5-8 tahun pertama, pertumbuhan Adira sangat landai. Baru setelah lewat 10 tahun pertumbuhannya menjadi eksponensial. Ternyata, 5 tahun pertama adalah masanya untuk membangun pondasi, memperkuat internal guna menyambut datangnya pertumbuhan eksponensial. Dan itu terbukti. Ini seperti filosofi pohon bambu. Bertahun-tahun pertumbuhannya stagnan, padahal sebenarnya itu adalah masa memperkuat pondasi. Pohon bambu akarnya sangat kuat dan saling terkait. Tidak pernah kita dengar ada pohon bambu yang tumbang diterpa angina kencang. Dari tulisan Rony Yuzirman di milis TDA, Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Senin, 07 Desember 2009

HUUUUUUU................

Dalam sebuah essay-nya Muhammad Sobary bercerita tentang Sunan Kalijogo. Saat beliau sedang berjalan-jalan untuk berda'wah beliau melihat seekor ular sedang mengincar seekor katak, tiba-tiba ular tersebut menelan katak tersebut. Sebelum seluruh tubuh katak tersebut masuk ketubuh ular, Sunan Kalijogo berteriak "Huuuuu…" ular kaget dan kemudian secara spontan ular tersebut mengeluarkan katak tersebut dari mulutnya dan lari. Katak itupun merasa senang dan kemudian lari. Lalu ular tersebut mengadu kepada Nabi Sulaiman "kenapa Ia tidak boleh memakan katak tersebut, padahal sesuai kodrat alam, katak memang salah satu makanan baginya". Lalu Nabi Sulaiman menegur Sunan Kalijogo, mengapa Ia melarang ular tsb memakan katak. Sunan Kalijogo lalu berkata bahwa ular tersebut telah salah tanggap sasmito terhadap teriakkanya. Yang Ia maksud dengan Huuuuuuuuuu…… tersebut adalah "huuuuuuuntalen" (ditelan), bukan "huuuuuuuuncalno" (keluarkan) . Kondisi bangsa kita saat ini jika dicermati mempunyai kemiripan dengan cerita antara ular dan Sunan Kalijogo tersebut diatas. Banyak orang yang salah tanggap terhadap sesuatu keadaan ataupun niat orang lain. Sering orang mengkomentari atau menilai ucapan seseorang tanpa melihat substansi, tujuan ataupun apa yang menjadi dasar orang tersebut ngomong. Kita malas untuk melakukan cros cek terhadap laporan ataupun omongan yang masuk ke dalam alam pikiran kita. Apalagi jika omongan tersebut menyinggung tentang dirinya terutama jika menyangkut sesuatu yang jelek, yang dapat menghancurkan image atau pencitraan dirinya. Ia pasti langsung mencak-mencak tidak perduli omongan tersebut benar atau salah. Ironisnya penyakit ini banyak menghinggapi pemimpin bangsa kita, dari mulai yang tertinggi sampai yang dibawahnya. Padahal seorang pemimpin atau pejabat harusnya menjadi panutan bagi rakyat atau bawahannya. Setiap omonganya harus mencerminkan kematangan dan kualitas pribadi serta keilmuannya. Mampu mencerna mana yang perlu untuk diomongkan dan mana yang cukup disimpan agar tidak menimbulkan keresahan. Setiap omongan seorang pemimpin atau pejabat harus diiringi dengan fakta-fakta yang kuat, bukan cuma retorika memutar-mutar saja, yang ternyata di belakang hari tidak pernah dapat dibuktikannya. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bersikap bijaksana. Setiap omongan tentang diri kita pasti ada manfaatnya. Kritikan misalnya akan bermanfaat untuk memperbaiki kekurangan kita ataupun kebodohan yang pernah kita lakukan. Pujian juga harus kita persepsikan sebagai tantangan bagi kita, untuk dapat membuktikan bahwa kita memang pantas untuk dipuji seperti itu. Omongan yang bersifat rumpian pun tidak perlu kita tanggapi secara serius, tapi cukup berguna, minimal membantu kita menilai seseorang itu seperti apa. Jika hal-hal tersebut kita abaikan maka dapat dipastikan kita akan terkena makian huuuuuuuuuuuuuuuuu…………… dari masyarakat banyak.

Kamis, 19 November 2009

PERJALANAN MENUJU SUKSES

Sering kali jika kita membaca, mendengarkan atau melihat kisah sukses seseorang, kita jadi bernafsu untuk bisa sesukses dia. Tapi celakanya saking nafsunya kita, sering kali hanya melihat dia saat suksesnya saja, tanpa mau melihat jatuh bangun dan perjuangannya untuk menuju sukses. Padahal sukses seharusnya bukan menjadi fokus kita dalam menjalankan usaha atau apapun dalam kehidupan kita. Kita harusnya memposisikan sukses sebagai akibat dari proses yang telah harus dan akan kita jalankan. Kita harus focus kepada prosesnya itu sendiri, karena jika kita tidak dapat menjalankan prosesnya maka kita tidak akan pernah mencapai sukses. Ibaratnya adalah jika kita ingin pergi ke sebuah kota, katakanlah Jakarta, maka kita harus tahu proses untuk menuju Jakarta. Kita harus tahu bagaiamna cara naik bus yang menuju Jakarta, sebelum naik bus kita harus beli ticketnya atau jika kita naik mobil sendiri kita harus tahu jalan mana yang akan kita ambil menuju Jakarta tersebut. Setelah kita menjalani proses tersebut di atas dengan benar maka akibatnya kita akan sampai di kota Jakarta. Menurut Joseph Campbell setidaknya ada 6 tahapan yang harus ditempuh seseorang untuk menjadi seorang yang sukses, tahapan itu adalah: 1. Innocence atau menjadi orang biasa Jika anda orang biasa atau merasa tidak ada keturunan orang sukses, jangan kuatir tidak bisa mencapai sukses. sukses tidak ada hubungannya dengan keturunan, trah, kekayaan ataupun warisan. Semua orang dilahirkan sama, semua orang terlahir dan hidup sebagai orang biasa, mereka hidup dan bergaul bersama-sama manusia biasa pada umumnya. Kemudian yang membedakan adalah action untuk mewujudkan suksesnya tersebut. 2. The Call (panggilan hidup) Panggilan hidup berkaitan dengan passion kita dalam melakukan sesuatu atau memilih jalan hidup kita. Jika kita merasa tidak nyaman dengan kondisi sekarang atapun merasa tidak sesuai dengan hati nurani, maka kita harus berdaya dan mau untuk melakukan sesuatu untuk melakukan kerja dan melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik bagi kita sendiri, keluarga, lingkungannya maupun orang-orang disekitarnya. Begitu banyak orang yang sebenarnya gelisah dengan kondisinya sekarang, mereka mungkin kaya tapi hidupnya tidak bahagia, karir sukses tapi sebenarnya gelisah atau jabatan ditempat kerja tinggi, tapi sebenarnya tidak bahagia menjadi orang gajian. Tapi mereka tidak mua berubah atau pengen berubah tapi takut atau tidak tahu caranya. Sebenarnya cukup mdah untuk mengetahui pangiilan hidup kita ada dimana, pertama tanyakan pada hati nuranimu, sebenarnya panggilan hidup saya itu sebagai apa dan harus mengerjakan apa. Lalu jalani, jika kita merasa bahagia, walaupun mungkin jabatan, kekayaan, atapun profesi kita lebih rendah atau sedikit disbanding sebelumnya, maka yakinlah itulah panggilan hidup kita. Jika kita sanggup untuk bertahan dengan panggilan hidup kita tersebut, maka saya yakin kita akan mendapaykan lebih dari sebelum kita berubah. Bukankah jika kita menjalani sesuatu dengan lebih bahagia, pasti akan lebih sukses daripada menjalani sesuatu dengan mengeluh?? 3. Initiation (ujian berat) Ujian hidup pasti akan dialami oleh semua orang. Semua adalah seleksi alam untuk menempanya menjadi indvidu yang tangguh dan bermental sukses yang berbeda dari orang kebanyakan. Dalam menghadapi ujian yang paling penting adalah jangan berputus asa. Kita ikuti saja dulu arus kemana ujian akan membawa, sambil belajar dimana celah untuk keluar dari ujian tersebut serta belajar apa penyebab datangnya ujian, agar kita tidak terkena dua kali ujian yang sama. Dalam Alqur’an telah dinyatakan bahwa Allah hanya akan memberikan ujian sesuai dengan beban yang sanggup di pikul makhluknya. Jadi apapun ujian dari Allah yakinlah bahwa kita pasti sanggup menghadapinya dengan syarat tidak putus asa, tetap berdaya dan usaha serta berdo’a kepada-Nya. 4. Allies (teman setia) Disamping do’a dan usaha, dalam perjuangan mencapai sukses seorang individu ini akan menjumpai kawan yang mempunyai tekad, ideologi dan niatan yang sama untuk mencapai tujuan perjuangannya. Kawan setia inilah yang akan membantu sang pejuang dalam meraih apa yang dicita-citakan. Bukankah kita familiar dengan ungkapan “dibalik kesuksesan seorang pria (suami), pasti ada seorang wanita (istri) yang hebat atau ungkapan yang popular di TDA bahwa kesuksesan anda juga ditentukan oleh 5 kawan terdekat anda. Makanya mastermaind di TDA sangat dianjurkan. Kisah lain yang menunjukan bahwa seorang kawan adalah sangat penting adalah dari kisah Nabi Musa yang dibantu oleh Nabi Harun dalam menghadapi Firaun, Nabi Isa yang dibantu 12 muridnya yang setia (hawariyin), hingga zaman Rasulullah Muhammad yang dibantu para Shahabatnya yang tangguh. Bahkan penguasa zalim Hitler juga didukung oleh teman setianya Goebel, Heinrich Himmler, Rommel dan lainnya. 5. Breaktrough (terobosan) Yang membedakan antara manusia biasa dengan individu sukses adalah dia (atau mereka) mampu membuat terobosan besar yang jauh melampaui orang-orang yang hidup di masanya. Skala kerjanya lebih luas dan perubahan yang dilakukan akan sangat berarti bagi lingkungan di sekitarnya. Think out of the box sangat diperlukan untuk memenangkan kompetisi dan mengatasi kesulitan yang ada. 6. Celebration (keberhasilan) Setelah jauhnya perjalanan menuju yang dicita-citakan dan diperjuangkan, banyaknya ujian dan aral melintang. Saatnya sang kita memetik buah keberhasilan dan kemenangan dari apa yang dahulu diperjuangkan. Tiada yang lebih indah daripada menikmati hasil keberhasilan. Sebagian langsung bisa menikmatinya, sebagian yang lain dinikmati oleh generasi setelahnya. Tapi kita harus mampu membedakan mana sukses yang sebenarnya dan sukses yang menurut kita semu. Sukses yang semu adalah jika kesusksesan kita tersebut hanya dapat dinikmati oleh kita sendiri, tanpa dapat membawa kemanfaatn untuk orang lain disekitar kita. Sukses sebenarnya adalah sebalikanya, kita harus mampu menularkannya kepada orang lain, sehingga orang lain juga ikut sukses dan merasakan buah yang telah kita tuai tersebut. Berbagilah dengan sesame, karena yakinlah apa yang kita bagikan dan berikan akan kembali kepada kita minimal 10 kali lipatnya dari yang kita berikan.

Senin, 02 November 2009

NASEHAT SEBELUM BERINVESTASI

Tulisan ini saya ambil dari tulisanya Fauzi Rachmanto, menurut saya sangat bermanfaat dan harus anda baca sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi. Pertama, Kenali diri Anda. Lho masa sih sama diri sendiri tidak kenal? Nama, tanggal lahir, alamat sampai nomor KTP saja kan hapal. Maksudnya, kenali betul Anda ini sebenarnya siapa? Apakah Anda seorang pegawai yang ingin mengembangkan tabungan Anda supaya lebih banyak lagi melalui investasi. Atau barangkali Anda seorang pengusaha yang sedang ingin menikmati membangun bisnis lengkap dengan suka duka nya. Ataukah Anda seorang pengusaha sukses yang sudah melewati fase mengelola usaha, dan kini ingin “beternak uang”? Lalu apa tujuan Anda berinvestasi? Apa yang Anda inginkan dari investasi yang akan Anda lakukan. Apakah Anda memang ingin menjadi investor? Atau Anda sedang ingin mengoptimalkan aset Anda untuk mendukung pengembangan usaha? Kemudian apa target Anda dalam berinvestasi? Hasil cepat dalam jangka pendek, karena Anda sekedar memanfaatkan dana menganggur sebelum dana digunakan untuk hal lain? Atau Anda memang sedang ingin mencapai akumulasi kapital yang besar, dan siap dengan permainan investasi jangka panjang? Berapa dana yang siap Anda gunakan untuk investasi? Berapa lama Anda sanggup menahan dana tersebut dalam wahana investasi yang Anda pilih? Berapa besar risiko yang sanggup Anda tanggung seandainya investasi tidak berjalan sesuai rencana? Anda jawab dulu pertanyaan-pertanyaan di atas, sebelum masuk ke meja kedua. Kedua, Kenali mitra investasi Anda Anda sudah kenal calon mitra investasi Anda? Nama, alamat, nomor telpon, email, jenis usaha, kegiatan sehari-hari, account facebook? Tidak cukup. Oh, jangan khawatir Anda mungkin mengenal calon mitra Anda dari komunitas terpercaya, atau bahkan kenal dari aktivitas keagamaan. Atau barangkali, calon mitra Anda terkenal, sering muncul di koran dan majalah bisnis. Sayangnya semua itupun tidak cukup. Anda akan mempercayakan dana investasi Anda. Maka Anda harus mengenal betul mitra Anda. Bukan sekedar mengenal pribadi nya. Tapi Anda harus tahu betul dana Anda akan diinvestasikan kembali dalam kegiatan usaha apa. Dan bagaimana mitra Anda menjalankan usaha tersebut. Baguskah pengelolaannya? Baguskan manajemen nya? Pengalaman dan track recordnya? Dan terutama baguskah hasilnya? Misalnya dana Anda akan diinvestasikan kembali dalam usaha agrobisnis? Maka Anda harus terjun melakukan observasi sendiri bagaimanan kegiatan agrobisnis akan dilakukan. Apa risiko-risiko nya, dan bagaimana mitra Anda mampu menangani risiko tadi. Apakah ada pengalaman sebelumnya yang membuktikan mitra Anda mampu menangani risiko. Properti? Anda harus tahu dimana lokasinya? Bagaimana prospeknya? Kemampuannya menyelesaikan proyek, dan sebagainya. Industri telekomunikasi? Pertambangan? Pelayaran? Penerbangan? Sama saja. Jangan ragu dan malu bertanya, daripada nanti menyesal. Jangan sampai mitra usaha Anda belakangan sekedar berdalih "maaf, saya ditipu orang" hanya karena ketidaktahuan mereka dalam bisnis yang akan dimasuki. Ketiga: Berhitunglah Sendiri Percayalah, semua hitungan dalam proposal investasi sudah pasti indah adanya. Kalau saya, pasti saya hitung kembali. Dengan asumsi saya sendiri. Karena seringkali asumsi nya over-optimistic dan tidak realistis. Cara terbaik adalah dengan melakukan cross-check dengan dunia nyata. Misalnya jika calon mitra mengaku usaha tersebut revenue perbulannya sekian milyar, maka coba cek usaha sejenis, apa betul angka tadi masuk akal. Dengan sedikit survey, maka Anda akan memiliki perhitungan yang lebih masuk akal. Perhitungan yang luar biasa khayal biasanya menyangkut proyeksi pertumbuhan per tahun. Wah, bisa sangat indah. Tumbuh sekian puluh persen per tahun, BEP dalam sekian tahun. Dan seterusnya. Ingat, semua adalah berdasarkan asumsi. Hasilnya bisa sama sekali berbeda ketika asumsi berubah. Keempat: Bicaralah dengan Mr. Spock dan Dr. Mc.Coy Di film Star Trek, Kapten Kirk punya dua penasehat: Dr. Mc.Coy yang emosional, dan Mr. Spock yang logis. Ketika membuat keputusan Kirk sering bertanya kepada keduanya, untuk mendapat masukan yang balance. Dalam berinvestasi Anda juga harus bertanya pada Spock dan Mc.Coy. Jangan hanya karena faktor emosi, Anda membuat keputusan investasi. Misalnya, karena memiliki ikatan batin atau terpesona kharisma mitra investasi, Anda rela melepas ratusan juta. Atau Anda melakukan investasi hanya karena teman lain sudah melakukan. Anda tidak kuasa membayangkan teman Anda nanti akan kaya raya dari investasi yang ditawarkan, dan Anda takut ketinggalan miskin sendirian. Kata-kata “Yang lain sudah ambil nih, tinggal kamu saja ...” terngiang di telinga. Maka karena perasaan Anda tidak mau kalah, keputusan investasi diambil dengan cepat. Sebenarnya ini tidak salah, karena emosi manusia memang sesungguhnya membantu. Tapi tolong tanya juga Mr.Spock yang ada dalam diri Anda sendiri. Apakah investasi ini memang layak dilakukan? Apakah keuntungan yang ditawarkan masuk akal? Apakah risiko yang mungkin terjadi sepadan dengan dana yang akan Anda keluarkan? Terlebih kalau mitra investasi Anda menghimpun dana dari orang banyak. Tanyakan ke Spock, bagaimana dengan likuiditasnya? Bayangkan, calon mitra investasi Anda mengumpulkan uang dari banyak investor. Kemudian menginvestasikan dana yang terkumpul kedalam berbagai bentuk usaha dan investasi. Dan dapat dipastikan sebagian besar nvestasi yang dilakukan tidak likuid. Karena yang likuid (mudah menjadi kas kembali) paling hanya rekening bank, deposito dan investasi surat berharga yang marketabel dan dijual di pasar modal dan pasar uang. Jadi misalnya 20% saja dari dana investor ditarik pada hari yang sama, mitra investasi Anda akan kolaps. Kenapa? Karena uang sudah menjadi asset tidak likuid, yang perlu waktu untuk kembali menjadi cash kembali. Bagaimana kalau yang menarik dana sebanyak 50%, 80%? Wah, bisa saya pastikan mitra investasi Anda akan mendadak sulit ditemui. Bukan karena soal itikad baik, namun memang secara logis, ada siklus “asset conversion cycle”, yang membuat kas tidak bisa ditarik begitu saja dengan cepat, apalagi dalam jumlah banyak. Kelima: Miliki “Exit Strategy” Semua investasi pada prinsipnya harus memiliki strategi untuk “keluar pada keadaan darurat”. Mirip pintu darurat pada pesawat terbang atau gedung-gedung perkantoran. Jika terjadi risiko yang tidak dikehendaki, melalui jalan mana Anda akan keluar dari investasi Anda. Investasi saham dan valas, punya pintu exit berupa batas untuk cut-loss. Misalnya kalau harga terus turun, di titik tertentu harus berani melepas supaya kerugian tidak semakin besar. Dalam hal ini exit strategy nya mudah, yaitu jual. Property, emas, dsb, juga exit strategy nya adalah melepas dan memperoleh kembali kas, meskipun tidak 100% karena dipotong “realized loss”. Bahkan bank, ketika memberikan pinjaman kepada debitur, selalu meminta kolateral untuk memback-up pinjaman yang diberikan. Kalau debitur tidak mampu membayar, maka exit strategy nya adalah dengan mengeksekusi kolateral. Anda bisa menilai sendiri, apakah investasi yang Anda lakukan memiliki exit strategy? Bagaimana jika mitra investasi tidak mampu membayar hasil investasi yang dijanjikan. Atau malah lebih gawat lagi tidak mampu membayar pokok investasi nya? Apa yang dapat dilakukan untuk memperoleh kembali kas yang Anda tanam? Investasi yang tanpa exit strategy sama saja dengan pesawat tanpa pintu darurat. Kalau setelah melewati lima meja di atas, Anda yakin investasi Anda layak dilaksanakan, maka lakukan saja. Banyak yang mengatakan bahwa dalam berinvestasi, jangan menaruh telur di keranjang yang sama. Itu betul. Namun tidak cukup. Lima langkah di atas saya maksudkan untuk memastikan bahwa kita tidak menaruh telur di keranjang yang sama, dan pastinya bukan keranjang yang jebol.

Selasa, 27 Oktober 2009

MEMIMPIN DENGAN HATI

Persoalan yang sering muncul dalam sebuah usaha adalah perpindahan karyawan. Tidak urung kadang kala pindahnya seorang karyawan apalagi jika karyawan berbakat sedikit banyak akan menimbulkan goncangan di perusahaan atau komunitas tersebut. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah Mengapa karyawan berbakat ini pergi walaupun gajinya besar? Jawabannya terletak pada salah satu penelitian terbesar yang dilakukan oleh Gallup Organization. Penelitian ini mensurvei lebih dari satu juta karyawan dan delapan puluh ribu manajer, lalu dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul First Break All the Rules. Penemuannya adalah sebagai berikut: Jika orang-orang yang bagus meninggalkan perusahaan, lihatlah atasan langsung/tertinggi di departemen mereka. Lebih dari alasan apapun, dia adalah alasan orang bertahan dan berkembang dalam organisasi. Dan dia adalah alasan mengapa mereka berhenti, membawa pengetahuan, pengalaman, dan relasi bersama mereka. Biasanya langsung ke pesaing. Orang meninggalkan manajer/direktur anda, bukan perusahaan, tulis Marcus Buckingham dan Curt Hoffman penulis buku First Break All the Rules. Pakar SDM menyatakan bahwa dari semua bentuk tekanan, karyawan menganggap penghinaan di depan umum adalah hal yang paling tidak bisa diterima. Pada kesempatan pertama, seorang karyawan mungkin tidak pergi, tetapi pikiran untuk melakukannya telah tertanam. Pada saat yang kedua, pikiran itu diperkuat. Saat yang ketiga kalinya, dia mulai mencari pekerjaan yang lain. Ketika orang tidak bisa membalas kemarahan secara terbuka, mereka melakukannya dengan serangan pasif, seperti: dengan membandel dan memperlambat kerja, dengan melakukan apa yang diperintahkan saja dan tidak memberi lebih, juga dengan tidak menyampaikan informasi yang krusial kepada sang bos atau atasanya langsung. Jika ini terjadi maka yang paling dirugikan adalah Perusahaan. Apapun upaya yang dilakukan oleh Perusahaan untuk menahan karyawan tersebut, bahkan dalam bentuk memberikan penghargaan kerja yang setinggi-tingginya tetap akan sia-sia. Belajar dari hasil penelitian tersebut di atas, bagi pelaku usaha skala UMKM, dimana kebanyakan atasan langsung karyawan adalah juga pemilik usaha, prinsip memimpin dengan hati sepertinya cocok untuk menghindari seringnya perpindahan karyawan dalam perusahaan kita. Usahakan kita melakukan komunikasi dengan karyawan sesering mungkin. Buka pintu kantor atau rumah kita selebar mungkin untuk mendengarkan usulan, masukan bahkan keluhan karyawab kita dan ajak mereka berbicara dari hati ke hati. Jangan perlakukan karyawan hanya sekedar sebagai factor produksi saja. Memang setiap permasalahan belum tentu dapat dipecahkan atau seriap usulan belum tentu dapat diterima dan di aplikasikan, akan tetapi minimal, jika kita mau berbicara secara baik-baik kepada mereka, perasaan dihargai dari seorang karyawan akan muncul. Dan imbasnya adalah menghilangkan perasaan ataupun pikiran yang tidak-tidak terhadap atasan. Melakukan komunikasi kepada karyawan dari hati ke hati juga dapat menghindarkan kita membuat keputusan untuk main pecat terhadap karyawan, jika karyawan tersebut performa-nya kurang memuaskan. Disamping Prinsip memimpin dengan hati ini, untuk mengelola karyawan kita dapat juga mengaplikasikan prinsip 4F yaitu fair, frank firm and friendly atau adil, terus terang, tegas namun tetap bersahabat, seperti dalam tulisan saya terdahulu. Prinsip kehati-hatian dalam mengelola karyawan sangat perlu untuk menunjang usaha kita. Ada beberapa keuntungan yang akan kita peroleh jika kita tepat dalam mengelola karyawan, yaitu: 1. Mengirit biaya pengembangan SDM. Karena jika sering terjadi pergantian karyawan maka kita harus mengeluarkan biaya lagi untuk pelatihan dan sebagianya untuk karyawab baru. 2. Waktu yang ada bisa digunakan untuk mengembangkan hal-hal lain di perusahaan, seperti inovasi produk dan perluasan pemasaran. 3. Meningkatkan citra perusahaan, sebagai perusahaan yang mempunyai team building yang kuat dan kondisi kerja yang kondusif. Jika anda sebagai pengusaha ataupun atasan yang membawahi banyak karyawan, sudah menerapkan jurus-jurus tersebut, akan tetapi masih juga sering terjadai arus keluar masuk yang tinggi, maka anda sebagai atasan ataupun komandan harus berani untuk koreksi diri anda sendiri. Bukankah kata Napoleon Bonaparte TIDAK ADA PRAJURIT YANG JELEK, YANG ADA DALAH JENDRAL YANG BODOH. Kira-kira kalo diterapkan di TDA untuk mengelola pengurus dan anggota bisa gak yha??? Au… ah.. gelap.

Senin, 19 Oktober 2009

BUILD PEOPLE THEN PEOPLE WILL BUILD THE BUSINESS

Menurut Nur Kuntjoro seorang Profit Improvement and Turnaround Consultant dalam bukunya THINKING OUT OF THE BOX FOR PROFIT, salah satu rahasia dalam melakukan turnaround and quantum leap sebuah perusahaan untuk mencapai sustanaible growth dan suistanable profit, adalah menerapkan prinsip “build people then people will build the business”

Prinsip tersebut mengajarkan bahwa kita harus memperlakukan tenaga kerja lebih dari sekedar factor produksi. Lee Iacocca, mantan Presiden Direktur Ford dengan prestasi gemilang telah membuktikan hal tersebut, saat menerima tantangan untuk menjadi CEO perusahaan otomotif Chrysler yang saat itu dalam kondisi hancur lebur. Saat pertama kali memimpin Chrysler dalam kondisi hancur, Lee memfokuskan perhatianya pada pembenahan team building dan komitmen seluruh anggota team. Lee mengumpulkan semua orang dalam sebuah aula dan menanyakan komitmen semua karyawan terhadap perusahaan dan tanpa basa-basi meminta agar staff yang sudah tidak mempunyai komitmen untuk memajukan perusahaan agar keluar dari perusahaan. 

Bagi Lee tenaga kerja merupakan factor terpenting dalam menjalankan perusaha. Dalam otobiografinya, Lee menyatakan “at the end of all business operation can reduced to three words: people, product, and profit. People come first. Unless you have got a good team, you can’t do much with other two. Mengelola tenaga kerja dalam usaha yang sedang kita jalankan memang gampang-gampang susah, apalagi jika usaha kita sedang tumbuh berkembang. Yang paling sering terjadi adalah karyawan andalan kita di bajak oleh perusahaan lain atau oleh pesaing. Lebih gawat lagi adalah jika karyawan yang dibajak tersebut merupakan karyawan yang paling tahu core bisnis kita, karena merupakan karyawan yang ikut kita sejak dari awal kita membangun bisnis, bisa di pastikan kita akan pusing tujuh keliling untuk mencari penggantinya, belum lagi timbulnya pesaing dari tempat kerja karyawan baru kita tersebut. 

Untuk mengelola karyawan kita dapat menerapkan prinsip 4F yaitu: fair, frank, firm and friendly atau adil, terus terang, tegas namun tetap bersahabat. Memperlakukan karyawan secara adil sangat penting. Adil baik dari sisi besaran gaji maupun bonus. Karyawan dengan masa kerja yang lebih lama, kemampuan yang lebih serta prestasi kerja yang lebih mantap tentunya berhak untuk menikmati gaji dan bonus yang lebih dibandingkan dengan karyawan yang berkemampuan dan prestasi biasa saja. Jangan sampai kita memperlakukan karyawan secara sama rata tanpa mempertimbangkan kemampuan dan prestasi Karyawan. 

Untuk itu buatlah tolak ukur pencapaian yang jelas tentang besaran bonus serta kenaikan gaji karyawan di perusahaan kita. Prinsip terus terang juga harus kita biasakan dalam budaya perusahaan kita. Jika seorang karyawan melakukan kesalahan, kita harus berani menegur dan jika dia berprestasi kita harus berani memberikan apresiasi kepada yang bersangkutan. Teguran dan apresiasi tentunya harus diberikan sesuai dengan kesalahan dan prestasi dari yang bersangkutan tidak boleh berlebihan. Kita tidak boleh membiarkan suatu kesalahan dalam perusahaan kita, pembiaran terhadap suatu kesalahan dapat menimbulkan gunung es, karena dapat menjadi preseden yang buruk bagi budaya perusahaan kita. Prinsip tegas harus diterapkan demi tegaknya aturan dalam perusahaan kita. 

Seyogyanya dalam sebuah perusahaan mempunyai aturan perusahaan yang harus dibuat secara tertulis dan diketahui oleh seluruh karyawan, kalo perlu aturan tersebut di tempelkan di tempat kerja. Segala bentuk tindakan yang merugikan perusahaan harus di tindak berdasarkan aturan perusahaan yang sudah ditetapkan. Hindari tindakan permisif hanya karena alasan kasihan, apalagi untuk kesalahan yang dilakukan berkali-kali, ingat masih banyak karyawan lain yang harus anda pikirkan. Prinsip terakhir adalah memperlakukan karyawan sebagai rekan kerja bukan hanya factor produksi untuk meningkatkan produksi atau keuntungan semata. 

Perlakukan karyawan seperti layaknya keluarga besar kita, tentunya keluarga dalam dunia usaha. Dengan begitu maka karyawan akan merasa nyaman dalam bekerja yang ujung-ujungnya akan meningkatkan produktifitas perusahaan kita. Jika produksifitas meningkat maka otomatis produksi meningkat dan berpotensi untuk meningkatkan keuntungan perusahaan kita secara signifikan. Sebaliknya jika karyawan tidak nyaman dalam bekerja, maka dia hanya akan bekerja setengah hati saja, yang ujung-ujungnya akan mengahmbat perkembangan dan malah menambah beban perusahaan saja. Mengelola karyawan tentunya harus dilakukan dari banyak sisi. 

Memperlakukan karyawan dengan prisnip 4F seperti tersebut di atas hanayalah salah satu hal yang dapat ditempuh. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah peningkatan kemampuan kerja karyawan, agar dapat menguasai tugas dan fungsinya di perusahaan secara optimal. Memberikan kepastian atas penghasilan juga sangat penting, agar karyawan tidak terbebani denagn pikiran pendapatannya di hari-hari berikutnya. Termasuk disini adalah membayarkan upahnya sesuai jadwal yang ada, bahakn kalo perlua sebelum jadwal pembayaran upah. Bukankah Islam mengajarkan, bayarkanlah upah buruhmu sebelum kering keringatnya…. Semoga bermanfaat …..

Selasa, 06 Oktober 2009

TIDAK PENTING DI QUADRANT MANA ANDA BERADA

“Wah.. sekarang buka usaha yha, jadi pengusaha donk…..” “Jadi pindah quadran nich??.. sudah di quadran apa?.. E, S, B atau I? (dengan merujuk quadrant versi Robert T Kiyosaki dalam bukunya Cashflow Quadrant) Itulah pertanyaan yang sering mampir ke saya saat kumpul-kumpul atau bertemu dengan teman-teman kuliah atau SMA. Pertanyaan serupa juga sering saya dapatkan jika kumpul-kumpul dengan teman-teman TDA, yang baru saya kenal. Segera saja pertanyaan khas TDA muncul. “sekarang usahanya apa?” “masih TDB, Amphibi atau sudah Full TDA”. Pertanyaan standar komunitas TDA dengan mengacu kepada Quadrant versi TDA, “TDB, Amphibi atau Full TDA”. Sebenarnya apakah ada urgensinya kita harus berada di quadrant tertentu?? Menurut saya tidak penting di quadrant mana kita berada. Ada banyak teman TDA yang seorang Amphibi tapi usahanya lebih maju, karyawanya lebih banyak bahkan ilmu bisnisnya lebih hebat dari yang sudah Full TDA. Sebaliknya banyak yang sudah Full TDA tapi hanya untuk gagah-gagahan saja, untuk pergaulan biar pas kumpul-kumpul dengan teman-teman TDA lainya bisa dengan bangga bilang saya sudah Full TDA atau bisa ikut maju wisuda saat milad TDA he.. he.. tapi pas ditanya bagaimana bisnisnya?? Au.. ah.. gelap. Menurut saya yang paling penting adalah bukan symbol kita sudah di quadrant E, S, B atau I atau TDB, Amphibi atau Full TDA, akan tetapi mencermati sebenarnya apa sich tujuan adanya quadrant tersebut. Dalam buku-bukunya, Robert Kiyosaki mengajak kita untuk mencapai kebebasan financial, dimana kebebasan financial tersebut dapat dicapai oleh siapapun di quadrant manapun dia berada. Qudarant diciptakan untuk menggambarkan dengan cara apa seorang tersebut mencapai kebebasan finansialnya, bisa dengan tetap di quadrant E(mploye), S(self business), B(business owner), atau I(investor). Yang penting adalah kepintaran kita dalam mengatur keuangan, sehingga saat kita memasuki usia pensiun kita bisa menikmati kebebasan kita tanpa harus tetap bekerja keras, seperti ayah miskin-nya Robert Kiyosaki. Memang menurut Robert Kiyosaki kecendrungan seorang S untuk mencapai kebebasan financial lebih besar dari pada seorang E, begitu juga kecendrungan seorang B untuk mencapai kebebasan financial lebih besar dari pada seorang seorang S dan seterusnya, dan posisi seorang I mempunyai kecendrungan untuk mencapai kebebasan financial lebih besar dari pada semuanya, dengan asumsi orang tersebut mempunyai penghasilan lebih besar dari orang yang berada di quadrant bawahnya dan pintar mengelola keuangan. Begitu juga di TDA, menurut saya tidak penting kita seorang amphibi atau Full TDA, yang paling penting adalah melaksanakan visi TDA yaitu “menebar rahmat”, mau berbagi dengan sesama, baik anggota TDA maupun bukan serta menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Percuma kita menjadi Full TDA jika bisnis kita sekedarnya saja sehingga penghasilan kita malah lebih buruk pada saat kita masih TDB atau Amphibi. Sebaliknya tidak apa2 kita menjadi Amphibi, asal usaha kita tetap lancar, karyawan banyak dan tetap mampu menggaji karyawan dan penghasilan makin mantap. Hanya saja jika kita berada dalam kondisi yang sama yaitu usaha kita lancar, karyawan banyak dan tetap mampu menggaji karyawan dan penghasilan makin mantap, menjadi Full TDA adalah lebih baik dari pada menjadi Amphibi, karena kita dapat mengembangkan bisnis secara lebih bebas tanpa harus mencuri dan korupsi jam kerja di kantor, bisa menentukan nasib kita sendiri dan yang paling penting mempunyai kebebasan waktu sendiri. Jadi sekarang terserah anda berada di quadrant yahud tapi hanya simbolik atau di quadrant lain tapi berhasil mencapai tujuan yang dikehendaki.

Kamis, 03 September 2009

THINKING OUT OF THE BOX FOR PROFIT

Think out of the box atau berpikir di luar kebiasaan umum (kotak yang sudah ada) dalam dunia wirausaha sudah biasa dilakukan. Dari mulai membuat produk berbeda baik dari segi bentuk, fungsi, cara penjualannya ataupun yang lainnya. Akan tetapi think out of the box ternyata juga dapat diterapkan dalam sisi manajemen, untuk melakukan “turnaround” dan “quantum leap” untuk perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami kemunduran bahkan diambang kebangkrutan untuk kemudian menghasilkan keuntungan yang berlimpah. 

 Salah satu buku yang membahas tentang hal tersebut adalah buku berjudul “THINKING OUT OF THE BOX FOR PROFIT” karangan Nur Kuntjoro, seorang “profit improvement and turnaround consultant”. Dalam buku tersebut antara lain diceritakan kiat-kiat yang diambil saat penulis melakukan turnaround dan quantum leap terhadap Tupperware Indonesia, yang selalu mengalami kerugian sejak tahun 1991 sampai dengan 6 tahun beroperasi di Indonesia. Pada akhir tahun 1996 saat krisis ekonomi hebat mulai mendera dunia, Nur Kuntjoro kemudian dipercaya untuk memperbaiki manajemen Tupperware supaya kembali sehat dan lebih-lebih lagi memperoleh keuntungandan, saat itu beliau dipercaya menjadi COO (chief operation officer). 

Jika anda yang ditunjuk untuk menjadi COO atau pimpinan perusahan yang dalam kondisi perusahaan rugi dan kondisi badai krisis ekonomi yang hebat kira-kira tindakan-tindakan apa yang akan lakukan untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian atau bahkan jurang kebangkrutan?? Tidak salah lagi, tindakan-tindakan yang lazim dilakukan oleh seorang Pimpinan perusahaan dalam kondisi di atas pasti adalah melakukan perampingan ataupun mengurangi jumlah karyawan ataupun gaji karyawan dari mulai tukang sapu sampai tingkat yang paling tinggi sampai mengurangi atau menghilangkan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada karyawan, atau pada intinya melakukan kebijakan pengetatan ikat pinggang untuk menekan pengeluaran perusahaan apapun jenis pengeluaran itu. 

Akan tetapi langkah-langkah yang diambil oleh Nur Kuntjoro justru keluar dari kaidah-kaidah yang ada dan bahkan menentang arus yang ada. Saat perusahaan lain melakukan PHK, beliau justru menjamin di Tupperwrae tidak akan ada PHK. Saat perusahaan lain mengurangi gaji pegawai, beliau justru menaikan gaji pegawai Tupperwrae setiap tiga bulan untuk mengimbangi angka inflasi. Saat sembako menghilang dari pasaran di tahun 1998, beliau justru membuat kebijakan untuk membagikan sembako kepada karyawannya. Bahkan beliau juga membuat kebijakan yang sangat menraik yaitu menaikan penghasilan (margin keuntungan) dari para distributor dan agen Tupperware. Langkah-langkah yang sangat berani tersebut beliau lakukan ditengah tentangan dan keraguan dari banyak pihak. Akan tetapi hasilnya adalah sangat mencengangkan. 

Pada tahun 1998 atau satu setengah tahun setelah beliau menjadi COO, ditengah krisis ekonomi hebat yang masih belum surut, penjualan Tupperware meningkat 222% dari sebelumnya, sehingga Tupperwrae berhasil membukukan keuntungan yang besar, kerugian selama enam tahun dapat ditutupi dengan keuntungan selama satu setengah tahun saja. Salah satu rahasia seorang Nur Kuntjoro dalam melakukan turnaround dan quantum leap terhadap Tupperware adalah menerapkan prinsip build people then people will build the business. Dimana beliau percaya bahwa sumber daya manusia yang ada diperusahaan mempunyai nilai yang sangat utama, tanpa sumber daya manusia yang baik tidak banyak yang bisa dilakukan untuk membangun usaha dan menghasilkan produk serta mencetak profit. SDM merupakan sumber daya paling penting untuk menggerakan roda usaha, sekalipun usaha anda adalah berbasil high technology, anda harus sadar bahwa SDM-nya yang menggerakan teknologi tersebut. 

Rahasia-rahasia Nur Kuntjoro lainnya dalam melakukan turnaround dan quantum leap dituangkannya dalam buku berjudul “THINKING OUT OF THE BOX FOR PROFIT”. Buku tersebut mendapatkan acungan jempol dan di rekomedasikan untuk dibaca oleh motivator-motivator terkenal seperti James Gwee, Gede Prama, Andrie Wongso sampai Kemal E. Gani, Pimpinan Majalah SWA. Buku ini cocok untuk anda yang sedang ingin melakukan loncatan "go double" ataupun "go triple" atas usaha anda maupun bagi yang usahanya sedang terpuruk dan ingin bangkit kembali. Bagi anda yang ingin mendapatkan buku “THINKING OUT OF THE BOX FOR PROFIT” silahkan hubungi saya, Arys, melalui HP. 081310721979, email: aryslho@gmail.com , untuk edisi hardcover harga Rp.65.000,-/pcs dan soft cover Rp.45.000,-/pcs plus ongkos kirim ke alamat anda.

Senin, 31 Agustus 2009

BERJUALAN ITU NIKMAT

Jualan… jualan.. jualan…, itulah teriakan anakku Afra (3 th) saat ikut menjaga stand Bazar Agustusan kemarin di Komplek sekaligus menyambut bulan Ramadhan. Stand Ukuran 3 x 4 M itu kami isi dengan dagangan apa saja yang masih tersisa stocknya, mulai dari Batik, Kerudung Sulam, Kaos Muslimah Oasis sampai pembersih rumah tangga curah. Dengan market cuma penghuni kompleks Jatibening Estate dan masyarakat sekitar kompleks, sebenarnya saat ikut bazaar kami tidak mengharpakan untung yang banyak, yang penting ikut meramaikan kegiatan kompleks dan yang lebih penting adalah menjaga semangat berwirausaha dan jualan. Bagi anda yang belum pernah ikut bazar, saya sarankan ikut bazar. Salah seorang teman di TDA Bekasi, Mas Eko June, pernah menulis bahwa jualan secara langsung seperti ikut bazaar merupakan cara paling efektif untuk menghancurkan blocking mental kita. Saya setuju dengan hal tersebut, karena bagi yang jualannya cuma melalui on line dan tidak mempunyai gerai atau toko offline, saya yakin anda belum terbebas sepenuhnya dari blocking mental anda. Pengalaman berjualan secara langsung melalui bazar kemarin bukan yang pertama saya alami. Pengalaman berjualan secara langsung saya setelah menikmati zona nyaman sebagai karyawan adalah saat baru saja keluar dari sebuah perusahaan Tbk. yang tergolong besar dengan jabatan terakhir sebagai deputy corporate legal manager. Waktu itu saya dari pintu ke pintu dan dari warung ke warung menawarkan pembersih rumah tangga curah bersama istri saya dan anak saya Afra yangwaktu itu berumur 2 tahun. Ada perasaan campur aduk yang saya rasakan waktu itu, apalagi kalo baru mau kasih brosur aja sudah ditolak, rasanya sakit hati, lebih sakit hati dari pada saat cinta ditolak he.. he.. Tapi rasanya senang sekali jika ada orang yang beli, padahal waktu itu keuntungannya cuma 1.000 perak/liter, tapi rasanya Subhanallah, seperti anak kecil yang dapat mainan. Rasa senang itu saya rasakan sampai dengan sekarang, saya ingat saat ikut bazar, kalo ada orang beli setelah transaksi selesai saya senyum-senyum sendiri, sampai-sampai penjaga stand sebelah saya terbengong-bengong. Tapi saya tidak peduli, walaupun kalo di bazar untung per pcs paling cuma 5.000 perak, tapi rasanya saya ikut bahagia sekali melihat pembeli saya juga bahagia, berhasil mendapatkan barang yang diinginkan dan di tambah rasa senang bisa nawar dengan sukses. Perasaan itu juga saya rasakan kalo ada pembeli yang langsung datang ke rumah untuk membeli barang setelah melihat barang di webstore saya, lalu kemudian beli, biasanya saya kasih harga khusus juga, hitung2 bonus silaturahmi ke rumah. Akan tetapi perasaan itu tidak saya rasakan kalo pembelian melalui online, via email atau telp. kemudian barang saya kirim, walaupun tetap senang dan bersyukur Alhamdulillah, tapi ternyata rasa itu hanya sebatas itu saja tidak ada perasaan lebih selain senang barang laku dan mendapatkan uang. Jadi bagi yang belum pernah jualan langsung face to facedengan customer, ada baiknya di coba, disana kita akan mendapat banyak kenikmatan, selain melatih kesantunan kita dalam menjelaskan dan melayani pelanggan, karena tidak dapat bersandiwara karena berhadapan langsung, bisa berslaturahmi dan menambah kenalan dan yang paling penting menghilangkan rasa malu, jengah ataupun minder untuk menjual sesuatu, karena menawarkan dan menjual adalah inti dari berwirausaha. Selamat mencoba, saya sudah pernah dan berani, saya yakin anda juga berani dan bisa.

Selasa, 18 Agustus 2009

MENGENAL PRINSIP-PRINSIP DALAM TRANSAKSI SYARI'AH

Dewasa ini skema transaksi usaha dengan menggunakan sistem ekonomi Islam atau yang lebih dikenal dengan transaksi syari'ah semakin berkembang pesat. Disamping sudah terbukti lebih memberikan keadilan, tahan terhadap krisis dimana saat bank-bank konvensional rontok saat krismon, bank-bank syari'ah justru sehat-sehat semua, serta semakin berkembangnya lembaga keuangan penunjang transaksi syari'ah mulai dari bank syrai'ah maupun lembaga keuangan syari'ah non-bank seperti BMT mauapun pasar modal syari'ah. Berikut ini pengertian singkat tentang skema-skema atau terminologi yang biasa digunakan dalam transaksi yang menggunakan sistem syari'ah : Wadi’ah, adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, kemanan, serta keutuhan barang/uang . Wadiah Yad Amanah, adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Mudharabah,adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibulmal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atas keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal akad. Murabahah, adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan menjual kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambahn dengan keuntungan yang disepakati. Isthisna, adalah akad jual beli barang (Mashnu) antara pemesan (Mustashni) dengan penerima pesanan (Shani). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad dengan pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Ijarah, adalah akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir). Salam, adalah akad jual beli barang pesanan (Musalam fiih) antara pembeli (Muslam) dengan penjual (Musalamilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dan pembayaran dilakukan dimuka secara penuh. Apabila bank bertindak sebagai Muslam kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang (Muslam fiih) maka hal tersebut Salam Paralel. Rahn, adalah akad penyerahan barang/harta (Marhun) dari nasabah (Rahin) kepada Bank (Murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. Qardh, adalah akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqridh dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada Muqtaridh. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara angsuran ataupun sekaligus. Qardhul Hasan, adalah akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

Senin, 10 Agustus 2009

BELAJAR DARI FILOSOFI POHON JATI

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pohon jati merupakan salah satu pohon yang menghasilkan kayu dengan kualitas terbaik dan mahal harganya. Di balik sosoknya yang sangar dan seram, pohon jati banyak di cari untuk dijadikan furniture maupun bagian rumah lainnya yang berbahan kayu. Selain kayunya, daun pohon jati juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan membungkus berbagai macam makanan. Di daerah saya di Pekalongan dan sekitarnya, saat alas roban masih banyak memiliki pohon jati, kadang daun pohon jati yang lebar setelah dibersihkan dimanfaatkan untuk membungkus nasi kenduren yang diberikan kepada tamu untuk dibawa pulang. Dibalik tampangnya yang sangar pohon jati mempunyai filosofi yang sangat mendalam dan sangat relevan untuk dapat kita terapkan untuk melengkapi jiwa entrepreneurship kita. Filosofi Jati yang pertama adalah: Biji Keras menghasilkan Kayu yang kuat (Kelas Kuat I dan Kelas Awet II). Biji merupakan awal mula (dasar) tumbuhnya sebuah pohon jati. Makin bagus biji yang kita tanam makan bagus kualitas pohon jati yang akan kita dapatkan. Begitu juga dalam berbisnis, kita harus mempunyai dasar yang kuat terutama secara mental (dan kuat financial lebih baik lagi). Minimal kita harus mempersiapkan mental untuk berani keluar dari zona nyaman dan meruntuhkan blocking mental kita, terutama yang masih menyandang status karyawan/TDB dan ingin memulai usaha, terlebih lagi jika langsung full TDA dan melepas status karyawannya. Selain itu kita juga harus siap mental jika sewaktu-waktu usaha kita harus jatuh ataupun mengalami kemunduran, jangan sampai hal tersebut merontakan mental kita, akan tetapi sebaliknya jadikanlah sebagai sarana belajar dan evaluasi untuk bangkit lagi, agar kejadian yang sama tidak terulang kepada kita. Filosofi Jati ke-II : Pohon jati tumbuh di daerah kering dan tandus, namun mampu menghasilkan kualitas kayu yang luar biasa. Pohon jati mampu beradaptasi dengan buruknya lingkungan tempat tumbuhnya. Filosofi ini mengajarkan bahwa dimanapun kita berada dan apapun buruknya keadaan kita, selalu ada celah dan peluang yang terbuka. Sepanjang kita mau berusaha serta beradaptasi dan belajar dari lingkungan sekitar maka kita akan tetap mendaptkan hasil tertentu. Disamping itu, jangan jadikan lingkungan sekitar kita ataupun beratnya permasalahan sebagai alasan untuk kita tidak dapat berkembang, kita harus mampu untuk berdaya dan berusaha secara maksimal dan optimal, seberat apapun masalah yang ada dan seburuk apapun keadaan kita dan lingkungan sekitar kita. Makin keras keadaan ataupun permasalahan yang kita hadapi, kita harus semakin yakin bahwa jika kita mampu melaluinya kita akan menjadi semakin besar. Seseorang akan teruji dan tangguh apabila di tempa pengalaman hidup yang keras. Jangan kemudian kita lari atau menghindar dari keaadan ataupun masalah sekitar kita. Setiap permasalahan yang ada harus dipastikan diselesaikan sampai akar masalahnya, sehingga kejadian tersebut diharapakan tidak terulang, jika terulang maka kita sudah tahu cara menyelesaikannya. Kegagalan banyak terjadi karena orang lari atau menghindar dari masalah atau membiarkan masalah tersebut tanpa mau melihat ke akar masalahnya, sehingga setelah berlalunya waktu masalah tersebut (seolah-olah) “selesai”, padahal hanya mengendap saja dan siap meledak sewaktu-waktu dan akan menghancurkan kita. Filosofi Jati ke III: Secara alami pohon jati memiliki daur yang lama untuk menghasilkan kualitas kayu yang baik. Oleh karena tidak ada pohon jati cangkokan atau dari hasil stek untuk meperpendek proses pembentukan kayu yang bagus. Filosofi ini mengajarkan bahwa seseorang menjadi tangguh diperlukan proses dan waktu yang lama, bukan "KARBITAN" atau di "KARBITKAN". Tidak ada yang langsung bisa besar dalam menjalankan usaha, proses step by step tetap harus kita lalui sebagai bagian dari pembelajaran kita untuk tumbuh semakin besar. Kita harus bersabar dan tetap belajar dengan proses yang ada, Lamanya proses sendiri juga tergantung dari daya upaya kita dalam menjalani proses tersebut. Jangan pernah menyerah kalaupun prosesnya lama yang penting kita juga harus pintar untuk mengamati dan belajar dari proses tersebut.

Jumat, 17 Juli 2009

TERNYATA GAJI PERTAMA TAK SENIKMAT GAJI TERAKHIR

Sebagaian besar dari kita pasti pernah mengalami senangnya mendapat gaji pertama dari tempat kerja. Mei 2001, 8,5 tahun yang lalu adalah saat pertama kali saya menerima gaji pertama dari hasil menjadi TDB. Saya ingat gaji pertama saya sebagai anak magang cuma cukup untuk beli ticket resmi tour MU 2009 di Indonesia untuk kelas 1. Sampai-sampai bagian keuangan kantor bilang "gajinya diambil tunai saja yha, gak usah ditransfer, biaya transfernya lebih mahal he.. he..", tapi walupun kecil itu adalah tetap nikmat yang harus disyukuri, karena ternyata kemudian membuka jalan ke rizki yang lebih besar. Saya ingat gaji pertama saya tersebut saya pakai ke malang, untuk ngambil ijazah S1 saya yang belum sempat diambil saat ke Jakarta, dan sebagaimana layaknya mahasiswa fresh graduate yang sudah bekerja, ada perasaan gimana gitu waktu kembali ke kampus dan ditanya "sudah kerja belum?" "kerja dimana?" dan bla.. bla.. banyak pertanyaan lagi sampai yang nitip CV dan info2 lowongan kerja. Sebenarnya gaji Mei 2001 bukanlah uang pertama yang saya nikmati dari hasil keringat saya sendiri. karena dari SMP dan SMA, saya sudah didik untuk berusaha sendiri untuk menambah uang saku dan jajan. Saat SMP atau SMA, karena daerah saya di Pekalongan adalah sentra industri garmen dan textile, saya kerja dari mulai rapiin baju/celana dari sisa2 jahitan, melipat sampai masukin ke plastik packing, pasang kancing sampai jualan celana ke teman2. Hoby saya jualan keterusan sampai kuliah di Malang, dari jualan baju koko sampai daster untuk ibu2, kadang kala saat ada pendaftaran UMPTN atau pendaftaran ulang mahasiswa baru, saya dan teman2 di KSR Unibraw jualan minuman dingin, biasanya untuk penggalangan dana untuk kegiatan KSR dan hasil usaha jualan semasa kuliah ternyata lebih banyak dari kiriman bulanan saya. Juni 2009 kemarin adalah terakhir kali saya menerima gaji sebagai TDB, setelah sempat bimbang, akhirnya mulai Juli ini, saya menerima tantangan untuk berhenti menjadi orang gajian (TDB) tapi menjadi pemberi gaji (TDA). Kembali ke judul tulisan ini tentang nikmatnya gaji pertama dan terakhir, setelah saya membandingkan kenikmatan yang saya rasakan saat menerima gaji pertama ternyata tidak senikmat saat menerima gaji terakhir.Bahkan kalo mau jujur, nikmatnya gaji pertama sebagai TDB tidak senikmat keuntungan-keuntungan yang saya terima dari hasil jualan saat masih SMP, SMA maupun selama kuliah. Menerima gaji sebagai TDB tidak ada perasaan deg2-nya, karena sudah ketahuan jumlah penghasilan yang akan kita akan dapatkan, lain dengan saat menikmati keuntungan dari hasil jualan, satu saat tabungan saya sangat banyak, jika rekanan banyak yang sudah melakukan pembayaran dari hasil penjualan barang yang diambil dari saya, tapi kadang juga melongo kalo rekanan yang mau ditagih ternyata sudah tidak ketahuan kemana rimbanya. Disamping itu ada perasaan bahagia saat jualan kita dibeli oleh orang, rasanya perasaan malu dan lelah menawarkan hilang semua. Perasaan deg2 itu juga sekarang terasa lagi, dengan kondisi perekonomian yang tidak jelas arahnya di tambah ada bom yang kembali meledug makin menambah nikmatnya merasakan dag did dug, terutama untuk setengah tahun ke depan, apakah akan mendapatkan hasil atau justru gigit jari. Tapi dengan keadaan yang tidak menentu ini, ternyata dari kalkulasi pendapatan yang akan kami peroleh dihitung dari sudut dan cara hitungan manapun masih akan tetap jauh lebih besar dari hasil yang akan saya peroleh jika tetap menerima gaji, plus THR plus bonus akhir tahun 4 kali gaji (jika bonusnya cuma 4 kali gaji). Jadi ternyata tidak rugi menjadi orang tanpa gaji, justri sangat nikmat dari sisi apapun. Bisa datang di kantor jam berapa saja, pulang suka-suka, kalo gak ada kerjaan yang mendhing maen dirumah sama anak (dan istri tentunya he.. he..). Jadi bagi yang masih jadi orang gajian, HARI GINI MASIH TERIMA GAJI TIAP AKHIR BULAN... APA KATA DUNIA.....

Rabu, 24 Juni 2009

DIMANA HATIMU BERADA, DISANALAH HARTAMU

Judul tulisan di atas merupakan sepenggal nasehat yang diberikan oleh Paulo Coelho dalam Novel Spriritual Sufis berjudul “SANG ALKEMIS”. Dalam novel tersebut diceritakan tentang perjuangan seorang anak gembala dari Spanyol bernama Santiago menggapai Legenda Pribadi-nya. Santiago berani untuk menyebrangi lautan dari Spanyol menuju Afrika lalu menuju Mesir untuk melihat Pyramida Giza dan menjual domba-dombanya demi mengejar impian yang menjadi legenda pribadinya. Mengarungi dunia baru, bahasa dan kebudayaan baru serta menghadapi berbagai rintangan dari mulia penipuan di pelabuhan saat baru singgah dipelabuhan di Afrika sehingga uang perbekalannya dari hasil menjual domba habis tidak tersisa, terjebak dalam perang suku sampai menghadapai ancaman kematian dari suku liar di gurun. Akan tetapi berbekal keyakinan, Santiago bangkit dari setiap cobaan dan keterpurukan yang dialaminya, Mulai dari bekerja di toko kristal untuk kembali mengumpulkan bekal dalam perjalanan, belajar bahasa dan budaya baru, sampai meminta petuah-petuah dari tetua suku di gurun demi mewujudkan legenda pribadi yang diyakininya. “Dimana hatimu berada, disanalah hartamu”, merupakan salah satu nasehat yang diberikan oleh tetua suku kepada Santiago. Nasehat tersebut di atas dimaknai oleh Santiago bahwa dia harus meneguhkan niatnya dalam menggapai legenda pribadinya, meyakininya bahwa dia mampu menggapainya, menyingkirkan segala keraguan atas setiap langkah yang diambilnya dan yang lebih terpenting adalah juga mengedepankan hati nurani, jika dia mampu melakukan hal-hal tersebut maka ia akan mendapatkan apa yang diimpikannya bahkan lebih. Petuah tersebut mengajarkan kepada kita bahwa niat dan keyakinan dalam setiap tindakan ataupun perbuatan yang kita lakukan adalah sangat penting, jangan sampai langkah kita dengan hati kita tidak sejalan karena kalau hal tersebut terjadi maka kita tidak akan bisa total dalam melakukan sesuatu, kalaupun ada hasil pastilah tidak maksimal. Kegagalan dalam mencapai sesuatu bukanlah hal yang harus mematikan kita untuk tetap melangkah untuk mencapai legenda pribadi kita, akan tetapi justru merupakan pertanda bahwa kita sudah dekat dengan legenda pribadi kita tersebut, hanya saja kita harus lebih hati-hati dan lebih berkeyakinan untuk mencapainya. Kegagalan, problem, cibiran ataupun perkataan-perkataan yang meragukan langkah kita anggap saja sebagai bumbu pelengkap dalam melangkah untuk menggapai legenda pribadi kita tersebut. Santiago telah membuktikannya, lewat keyakinan yang teguh, kemauan untuk bangkit setelah mengalami keterpurukan dan kerja keras, Santiagao mampu mencapai legenda pribadinya, sampai di Pyramida Giza ditambah bonus menenukan harta karun, dapat berbahas baru, mengenal kebudayaan baru dan yang terpenting mendapatkan pujaan hatinya seorang gadis gurun yang cantik dan selalu menantikannya kembali dari perjalananya menggapai legenda pribadinya. Bagaimana dengan anda? Yakinlah bahwa dimana HATIMU BERADA DISANALAH HARTAMU. Selamat mencoba….

Senin, 18 Mei 2009

RESOLUSI BERSYARAT

Pada setiap pergantian tahun pertanyaan yang sering kita jumpai adalah “apa resolusi anda untuk tahun depan?” atau “anda sudah buat resolusi untuk tahun yang akna dating belum” dan beragama pertanyaan lain yang intinya menanyakan apa yang akan anda tuju dan ingin anda capai tahun depan. Bahkan sebagian orang jauh-jauh hari sebelum akhi tahun sudah mencanangkan resolusi untuk tahun depanya, misalnya “Mulai tahun 2010 saya mau memulai bisnis” atau “Mulai tahun 2010 saya mau merubah diri saya sendiri menjadi lebih baik”.

Dari contoh resolusi-resolusi yang saya sebutkan di atas ada syarat yang harus dipenuhi atas resolusi tersebut yaitu pergantian tahun. Contoh resolusi bersyarat lainya yang sering saya dengar dari teman-teman sekitar saya yang muslim adalah seperti “saya mau naik haji kalo sudah sanggup menunaikan sholat lima waktu tanpa ada yang putus” atau “mulai bulan romadhon tahun ini saya mau memperbanyak sodhaqoh dan menunaikan sholat lima waktu dengan lebih baik”.

Pada intinya sering kali kita membuat resolusi yang digantungkan syarat tertentu seperti waktu (tahun baru, bulan romadhon, ulang tahun dsb) atau kejadian tertentu (kalo sudah rajin sholat, kalo gaji sudah sekian, naik haji, dsb). Pertanyaan yang kemudian dapat kita lontarkan, termasuk kepada diri kita sendiri adalah “mengapa harus menunggu sesuatu untuk melakukan sesuatu?. Jika kita dapat melakukan resolusi kita sekarang tanpa syarat apapun, mengapa tidak kita lakukan sekarang, minimal melakukan yang kecil-kecil terlebih dahulu.

Ada beberapa sebab yang dapat saya simpulkan mengapa orang suka membuat resolusi bersyarat, yaitu :

1. Untuk gagah-gagahan saja, yaitu ikut trend orang sekitar kita, minimal untuk pergaulan, sehingga kalo ditanya orang lain, diakhir tahun apa resolusi untuk tahun, minimal sudah punya resolusi walaupun tidak akan dijalani.

2. Tidak pede atau tidak yakin terhadap resolusi diri kita sendiri, sehingga kadang untuk memulainya saja sudah malas atau sambil mencari jalan pintas untuk langsung mencapai hal besar tanpa mau melakukan hal yang kecil. Padahal itu tidak mungkin, karena sudah jadi sunah Allah, suatu hal yang besar selalu dari yang kecil, sebagai contoh adalah diri kita sendiri dari bayi dulu baru dewasa; atau

3. Justru orang tersebut sudah punya rencana, sehingga memang resolusi bersyarat tersebut merupakan tahapan dalam hidup yang bersangkutan selanjutnya. Jika kita type yang seperti ini maka kita sudah di jalan yang benar, tapi artinya kita sudah mempunyai rencan-rencana dan resolusi-resolusi lain sebelumnya yang sudah kita jalankan dan sifatnya saling sambung menyambung dalam hidup kita.

Hanya saja jika kita membuat resolusi bersyarat, kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut;

1. Umur. Kita tidak bisa memastikan apakah saat syarat tersebut terpenuhi kita masiha adaatau tidak untuk melaksanakan resolusi kita tersebut di atas.

2. Semangat. Pastikan bahwa semangat kita untuk melaksanakan resolusi saat syaratnya terpenuhi masih sama kuatnya dengan saat kita membuat resolusi tersebut. Karena kebanyakan justru kita sudah lelah terlebih dahulu setelah melakukan hal-hal untuk memenuhi persyaratan kita sendiri dan pada gilirannya saat harus memulai pekerjaan yang sesungguhnya yang merupakan inti resolusi tersebut, kita justru sudah loyo.

3. Kesempatan. Pastikan bahwa peluang untuk melaksanakan resolusi tersebut masih tetap relevan saat syarat terpenuhi. Karena sering jika resolusi kita tersebut berupa ide bisnis, maka ide tersebut sudah di jalankan terlebih dahulu oleh orang lain selama kita menunggu terpenuhinya syarat tersebut, sehingga kita tidak bisa menjadi yang pertama.

Jadi jika kita bisa melakukannnya sekarang, mengapa harus menunggu sesuatu atau menetapkan syarat-syarat tertentu untuk melaksanakan tujuan-tujuan hidup kita.

Selamat take Action and miracle will happen.

Senin, 30 Maret 2009

TERNAK SAPI, ANTARA INVESTASI DAN MENOLONG PETERNAK SAPI

Baru tiba di Malang, langsung disambut dengan kabar duka cita dari salah seorang saudara di Malang yang berprofesi sebagai peternak sapi perah, salah satu sapi yang diharapkan tahun ini menghasilkan susu dan memberikan pendapatan dari susu, sekarat waktu melahirkan, untungny anak sapinya selamat. Kerugianpun langsung tampak di depan mata, harga satu sapi dewasa yang sudah menghasilkan susu berkisar 10 juta belum dihitung rugi dari hasil susu yang harusnya didapat, tapi itulah takdir, "kullu nafsin dza iqotul maut" setiap yang berjiwa pasti akan menemui ajal, begitu juga sapi (ustadz mode on he.. he..).
Setelah diskusi panjang dengan istri dan juga semangat ingin menolong saudara tersebut, maka kami memutuskan untuk menambah investasi satu sapi perah untuk di mudharabahkan (ini bahasa kerennya, bahas ndesonya paron alias bagi dua) dengan yang bersangkutan. Sebelumnya saya sudah punya 3 sapi lain di daerah nongkojajar di lereng gunung bromo.
Investasi sapi dengan sistem tradisional yang selama ini kami jalankan sebenarnya sangat menguntungkan disamping bisa menolong peternak sapi. Sistem yang kami pakai adalah bagi hasil sebagai ilustrasi adalah sebagai berikutt:
Modal awal beli sapi umur 4 bulanan adalah 3,5 juta-an rupiah, sapi akan dipelihara selama setahun atau lebih, jadi saat sapi berumur kira2 1,4 tahun -1,6 tahun sapi akan mengalami masa birahi (atau terkenal dikalangan blantik dengan nama sapi dara birahi), jika dijual pada masa ini maka sapi harga sapi akan berkisar sekitar 8 jutaan. Dari 8 juta tersebut pembagiannya adalah sebagai berikut :
  1. Masa investasi 1,2 tahun.
  2. Modal awal sebanyak 3,5 juta dikembalikan kepada pemodal.
  3. Hasil usaha sebanyak 4,5 juta (8 juta - 3,5 juta) dibagi dua antara pemodal dengan peternak, jadi masing-masing mendapat 2,25 juta.
  4. jadi keuntungan yang kita dapat adalah 2,25 juta atau sekitar 65% dari modal awal.
  5. modal awal kita tetap utuh.

Jika kita mau bersabar sedikit untuk tidak jual sapi pada masa dara birahi seperti diatas, maka kita dapat menunggu sampai sapi tersebut hamil, hanya saja lebih panjang jangka waktunya. Kehamilan sapi akan dilakukan dengan IB (inseminasi buatan), yang biasanya dilakukan setelah sapi birahi, dengan asusmi sapi langsung hamil, maka pada umur 1,7 tahun sapi akan mulai hamil (FYI masa hamil sapi adalah 9 bulan). Harga sapi hamil akan mencapai harga tertinggi jika kehamilannya sudah mencapai diatas 7 bulan. Saya mengambil asumsi menjual sapi pada usia kehamilan 8 bulan, maka sapi akan saya jual pada umur 2,5 tahun, pada saat itu harga sapi berkisar antara 12 juta - 14 jutaan, dan yang kita dapatkan adalah (dengan asumsi harga sapi 12 juta) :

  1. Masa investasi 2,1 tahun
  2. Modal awal sebanyak 3,5 juta dikembalikan kepada pemodal.
  3. Hasil usaha sebanyak 8,5 juta (12 juta - 3,5 juta) dibagi dua, jadi peternak dan pemodal masing-masing mendapat 4,25 juta.
  4. jadi keuntungan yang kita dapat adalah 4,25 juta atau sekitar 120% dari modal awal.
  5. modal awal kita tetap utuh. (jika harga sapinya 14 juta, bahkan biasa lebih jika anaknya betina, yha hitung sendiri he.. he..)

Jika kita ingin meneruskan investasi sampai dengan anak sapinya lahir, maka pembagiannya menjadi sebagai berikut:

  1. Sapi Induk menjadi milik berdua (dengan ketentuan nilai sapi induk saat ini dikurangi nilai modal awal, misal nilai sapi induk adalah 10 juta, maka kepemilikan peternak atas sapi induk adalah adalah (50% x 10 juta) - (modal awal), sedang sisanya milik pemodal).
  2. Anak pertama menjadi milik Pemodal dan harus dipelihara oleh Peternak.
  3. Susu hasil dari sapi induk menjadi hak peternak.
  4. Anak Kedua adalah milik peternak dan susu tetap hak peternak, dst.

Saya tidak merekomendasikan untuk memelihara sapi sampai beranak, karena dari hitungan investasi akan tambah ruwet, rawan ribut dengan mitra peternak kita dan resikonya lebih besar, terutama saat sapi induk melahirkan, disamping itu peternak juga biasanya lebih senang sapi dijual saat dara birahi atau hamil, karena mereka juga ingin uangnya secepatnya.

Resiko dari beternak sapi yang dihadapi adalah :

  1. Kematian Sapi. Tapi resiko ini minim (kecuali mati karena memang sudah takdirnya), karena untuk daerah malang dan sekitarnya, merupakan sentra sapi perah dan diawasi dengan ketat dan serius oleh dinas peternakan setempat dan sudah ada pemeriksaan atas sapi secara rutin dari dinas setempat.
  2. Cacat baik bentuk tubuh maupun genetik. Cacat bentuk tubuh sehingga sapi tidak dapat tumbuh semestinya ataupun cacat genetika sehingga sapi sulit hamil.
  3. Ketersediaan pakan. Pakan utama sapai perah adalah rumput gajah (orang malang bilang kolonjono), saking banyaknya peternak sapi, rumput gajah yang tersedia mauapun hijauan lain kadang tidak mencukupi, sehingga di sentra sapai di Malang (pujon dan Ngantang) harga rumput gajah mahal. (ini juga peluang bisnis rek, bikin pakan ternak kering).
  4. mitra peternak yang nakal (kalo ini cari sendiri yha he.. he..)

Selama masa pembesaran sapi, seluruh biaya pakan, IB dan kesehatan ditanggung oleh peternak, tentunya timbul pertanyaan apakah peternaknya tidak rugi? Dari hasil perbincangan dengan peternak, mereka justru senang jika ada yang mau kerjasama dengan mereka dalam bentuk ini, karena memelihara sapi bagi mereka biasanya termasuk usaha tambahan, karena biasanya mereka juga punya ladang yang ditanami tanaman lain, selain rumput gajah untuk ternak mereka. Fakta lain kenapa peternak senang dengan sistem ini adalah karena ternak mereka dari hasil susu tidak memberikan penghasilan yang memadai. Susu biasanya ditampung oleh KUD untuk kemudian disalurkan ke pabrik susu (nestle dan indomilik). Hanya saja KUD memberikan harga murah untuk susu peternak, padahal peternak mengambil vitamin dan obat dari KUD dengan harga tinggi. Pada hari pembayaran susu (seminggu sekali biasanya) hasil susu yang disetor selama seminggu akan langsung dipotong dengan harga vitamin dan obat yang telah dimabil dan sisanya biasanya sangat tidak memadai. Untuk sapi pada periode belum menghasilksn susu, pemakaian vitamin dan obat minim, yang banyak adalah pakan yang bisa dicari secara gratis, sehingga jikapun ada pengeluaran untuk vitamin dan obat (pakan jika terpaksa), peternak tetap mendapatakn hasil yang bagus setelah bagi hasil tersebut dibagi dengan pemodal, justru ini pendapatan terbesar mereka.

Tulisan ini bukan nasehat investasi, tapi jika anda tertarik silahkan mencoba dan pastikan mitra peternak anda jujur dan terpercaya. Silahkan Action..........

Senin, 16 Maret 2009

GODAAN ITU MEMANG DAHSYAT

Sekitar 2 bulanan yang lalu, sepulang dari Kantor, istri saya cerita bahwa ada telp. ke rumah dari staff sebuah Bank plat merah Tbk. Staff tersebut meminta istri saya tanya apakah saya masih mau bergabung dengan bank tersebut untuk menjadi senior legal staff, tentunya tak lupa dengan dibumbui cerita tentang gaji, remunerasi dan fasilitas lainnya yang bisa didapat jika saya mau menerima tawaran tersebut, yang kalo dihitung-hitung tiap bulan bisa untuk hidup nyaman, plus sisanya cukup untuk beli sepeda motor merek terkenal...
Dalam hati saya saya cuma berguman hebat juga usahanya, setelah 3 kali menelpon saya langsung dan memberi tawaran yang sama dan saya menolaknya, yang bersangkutan memakai salah satu jurus maut yang ada, menelpon istri saya dirumah dengan iming-iming tawaran yang menggiurkan dan mematikan remunerasi yang berlimpah. Saya hanya tertawa mendengar cerita istri saya, dalam hati saya cuma berkata "salah ngerayu orang nich, justru yang nyuruh-nyuruh saya jadi TDA adalah istri saya, jadi kalo ngerayu istri saya nyuruh saya jadi TDB lagi yha salah orang" dan memang waktu saya tanya ke istri "ibu jawab apa" istri saya bilang dia cuma jawab "tanya orangnya (saya maksudnya) sendiri dech, masih mau gak kerja kantoran jadi pegawai".
Tawaran untuk tetap bertahan di zona nyaman tidak hanya datang dari bank tersebut, beberapa waktu sebelumnya ada teman telp. juga menawari jabatan Deputy Legal Manager di salah satu anak perusahaan group perusahaan outomotif terbesar di Indonesia. Godaan zona nyaman dan ketakutan untuk meninggalkannya memang sangat dahsyat, saya termasuk orang yang takut meninggalkannya.
Sangat berat memang untuk menolak suatu pekerjaan yang bagi sebagian orang sangat didambakan tersebut, yang pertama saya lakukan adalah istighfar semoga ini bukan bentuk penolakan terhadap rizki dari Allah, tapi hanya satu ujian atas satu tekad yang memang sudah diniatkan, yaitu keluar dari zona nyaman dan menjadi TDA, agar dapat membantu orang lain untuk bersama-sama menjadi pelaku usaha mauapun membantu membuka lowongan pekerjaan bagi sesama jika nantinya usaha saya sudah besar.
Sebenarnya menjadi wirausahawan bukan hal yang aneh bagi saya, sebagai orang Pekalongan yang merupakan daerah dengan budaya pedagang, begitu lahir jebrol virus wirausaha langsung menular bagaikan wabah di dalam gen setiap orang pekalongan termasuk saya, bahkan ada guyonan orang pekalongan itu begitu lahir langsung disuruh jualan batik sama orang tuanya. Saya ingat dari kecil untuk mendapatkan uang selain uang saku, harus bekerja mulai dari membantu pasang kancing, menggunting benang2 di pakaian yang akan dipacking, sampai melipat pakaian dan memasukan pakaian ke plastik packaging dengan upah tertentu. Kalo bulan Ramadhan tiba, saya jualan jajanan kecil dan petasan bahkan pada waktu kuliah di malang (tahun 1996-2000) penghasilan saya dari bisnis kecil-kecilan dua kali lipat dari kiriman bulanan saya. Perjuangan untuk kembali ke mindset awal, menjadi TDA sedang saya jalani, walaupun ketakutan-ketakutan itu tetap ada dan menghantui. Langkah besar yang pertama saya ambil adalah keluar dari sebuah PT. Tbk., satu tahun yang lalu, walaupun jabatan saya sudah cukup tinggi sebagai deputy corporate legal manager dengan gaji 8 digit, alhamdulillah dengan dukungan keluarga saya kuat menjalaninya. Alhamdulillah sampai dengan saat ini saya masih kuat mempertahankan mind set awal untuk menjadi TDA, walaupun penghasilan saya terjun bebas hanya sepertiga dari gaji terakhir di PT. Tbk., tapi Rizki saya diganti oleh Allah dalam bentuk yang lain yaitu bertambahnya teman dan silaturrahmi terutama dengan teman-teman TDA, bertambahnya ilmu tentang usaha beserta trick-tricknya, bertambahnya keyakinan bahwa 9 dari 10 pintu rizki itu di peruntukan oleh Allah bagi orang yang berdagang, bertambahnya semangat untuk berbagi dan masih banyak lagi hal-hal lain yang menurut saya adalah rizki yang tidak ternilai dengan uang. Dan cita-cita menjadi TDA sudah mulai ditunjukan jalannya oleh Allah, saya sudah buka toko online di www.tokobajucantik.com dan www.tokobajucantik.blogspot.com, jika tidak ada halangan satu bulan kedepan akan bersama 3 rekan sejawat akan membuka kantor konsultan hukum baru dan sedang prospek satu usaha lagi dibidang fashion.