Senin, 19 April 2010

BERGAULAH DENGAN UANG MAKA UANG AKAN MENGGAULIMU

Judul di atas bukan bermaksud untuk saru ataupun menimbulkan pikiran mesum di otak kita. Judul diatas terinspirasi dari lontaran yang sangat menarik dari salah satu narasumber dalam salah satu pertemuan TDA Forum yang diadakan oleh TDA Bekasi, yaitu lontaran yang disampaikan oleh Pak Purdhi Chandra. Beliau mengatakan “bagaimana kita mau kaya kalo kita bergaulnya sama uang cuma sekali dalam satu bulan”. Walaupun terkesan guyon, lontaran tersebut jika kita renungkan sebenarnya sangat dalam maknanya. Lontaran tersebut juga sangat mengena kepada para peserta yang masih statusnya masih karyawan murni dan belum punya usaha apapun. Jika status kita masih karyawan murni, tanpa mempunyai usaha apapun, maka hampir dapat dipastikan kita hanya akan bergaul sama uang hanya sekali dalam satu bulan yaitu saat tanggal gajian saja, selebihnya selewat tanggal itu hampir dapat dipastikan uang dari gaji tersebut akan langsung kabur ke tempat lain, alias untuk bayar kartu kredit, bayar cicilan mobil atau rumah, bayar anu, bayar itu serta bayar-bayar lainnya, tanpa uang tersebut mau silaturahmi lagi sama kita dalam bulan yang sama. Jadi akhirnya, karena uang tersebut tidak mau bergaul dengan kita lagi, maka yang terjadi adalah kita bekerja untuk mengejar uang supaya uang tersebut mau bergaul dengan kita lagi pas tanggal gajian. Lain dengan mereka-mereka yang sudah mempunyai usaha dan mau menjalankannya secara istiqomah. Hampir dapat dipastikan mereka akan lebih sering bergaul dengan uang. Setiap hari uang dari hasil jualan harus kita jalankan untuk kulakan barang atau bahan untuk jualan kembali, lalu barang/bahan hasil kulakan tersebut harus kita jual lagi untuk mendapatkan uang lagi, lalu di belanjankan lagi dan seterusnya, jadi dalam sehari kita akan bersilaturahmi dengan uang sebanyak 2 kali yaitu saat kulakan dan saat menerima hasil jualan. Bahkan jika jualan kita bisa istiqomah, barang bagus dan pelanggan puas hampir dapat dipastikan maka pelanggan yang akan datang sendiri kepada kita, jika pelanggan datang sendiri maka dapat dipastikan uang akan datang sendiri kepada kita tanpa perlu kita kejar sampai ngos-ngosan. Ada satu pepatah kuno dari cina yang baiknya kita renungi dalam hal kerja mengejar uang, yaitu “ uang itu kakinya empat, sedang manusia kakinya dua, jadi sekencang apapun kita mengejar uang pasti uang itu akan bisa kabur lagi. Maka dari itu bagaimana caranya sekarang kita yang harus bisa membuat uang mengejar kita, karena pasti kita tidak bisa akan didatangi uang tersebut”. Salah satu cara agar uang mengejar kita adalah dengan membuka usaha, menjalankannya secara istiqomah, jujur dalam berdagang dan bikin konsumen puas dengan barang dan pelayanan kita. Selama anda hanya menjadi karyawan murni tanpa mau membuka usaha, maka anda hanya dalam poisi mengejar uang, akibatnya seperti yang saya uraikan di atas, begitu kita berhasil menangkap uang (pas tanggal gajian) hampir di pastikan tidak lama kemuduan uang tersebut akan kabur lagi untuk bayar-bayar ini dan itu. Untuk itu daripada capek mengejar uang, mendhing capek dikejar uang tho, makanya mari buka usaha, mulai dari yang sederhana dulu, kecilan-kecilan dulu tidak apa-apa, tidak usah malu-malu untuk jualan, lha wonk pas laku juga gak malu terima duitnya kok he.. he.. Salam Buka Usaha

Senin, 05 April 2010

INTERMEZO SINGKATAN NAMA KOTA

Selain lembaga pemerintahan, kebiasaan singkat menyingkat juga berlaku untuk tag line suatu daerah. Solo Berseri, Jogja Berhati Nyaman, Temanggung Bersenyum, Cilacap Bercahaya, semuanya adalah singkatan. Juga untuk menyebut suatu kawasan, yang katanya akan menjadi suatu kawasan yang unggul dan berkembang. Bermula dari Jabotabek, sekarang Jabodetabek. Muncul pula Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya , Sidoarjo, Lamongan), Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen), Pawonsari Bakulrejo (Pacitan Wonogiri Wonosari, Bantul, Kulon Progo, Purworejo), atau Joglosemar (Jogja Solo Semarang). Beruntung yang terakhir ini tidak ada yang membalik urutannya menjadi Semarang Solo Yogya disingkat menjadi Semar Loyo. Mungkin di masa mendatang akan muncul juga tag line Dibalang Sendal (Purwodadi, Batang, Pemalang, Semarang , Kendal), atau Kasur Bosok (Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, Solo, Klaten). Asal jangan Susu Mbokde ( Surakarta , Sukoharjo, Mboyolali, Kartasura, Delanggu) atau Tanteku Montok (Panjatan, Tegalan, Kulwaru, Temon, Toyan, Kokap) Anak-anak muda Jogja tidak kalah kreatifnya untuk ikut-ikutan menyingkat nama tempat. Sebut saja Amplas untuk Ambarukmo Plaza , atau Jakal (Jalan Kaliurang), Jamal (Jalan Magelang). Kalau sampeyan sekolah di SMA 6, bisa nyombong kalau sampeyan sekolah di Depazter alias Depan Pasar Terban. Bahkan, dari pusat kota Jogja, sangat mudah untuk mencapai Paris (Parangtritis) , atau Pakistan (Pasar Kidul Stasiun alias Sarkem), bahkan Banglades (Bangjo Lapangan Denggung Sleman). Sampeyan seorang yang enthengan, ringan tangan, suka membantu, ndak pernah menolak untuk dimintai tolong? Berarti sampeyan layak menyandang nama Willem Ortano, alias Dijawil Gelem Ora Tau Nolak. Atau kalau sampeyan pinter omong, jualan obat, meyakinkan orang dengan omongan sampeyan yang nggak karuan bener salahnya, maka jangan marah kalau sampeyan dipanggil sebagai Toni Boster, alias Waton Muni Ndobose Banter. Tambahan, di Malang: ada Turki (Turen Kidul), dan Jerman (jejere Kauman).