Selasa, 09 Maret 2010

PEDAGANG PEYEK JOGJA NAIK KELAS

Pak dhe, itulah tukang ojek dan pedagang sekitarnya memanggilnya, nama aslinya sendiri selalu dirahasiakannya. Lelaki berkulit hitam dan berkumis tebal, yang tiap hari mangkal di depan Pintu Jatibening Estate dari arah Jalan Cempaka. 

Pak dhe yang setiap harinya berdagang peyek jogja dengan harga 5 ribu per plastik, ini memang sosok yang ulet dan tekun dalam bekerja. Saya ingat waktu pertama kali mangkal, Pak Dhe cuma menggunakan kardus besar bekas bungkus rokok dan potongan kardus yang ditulis dengan spidol untuk mencantumkan nama produk yang dijualnya, dan kardus tersebut ditaruh di atas sepeda onthelnya. setiap hari mulai jam 6 pagi, saat saya masih jalan-jalan pagi sama anak-anak sampai jam 8-9 malam, Pak dhe masih dengan setia menunggu dagangannya. 

Tidak peduli panas atau hujan, jualan peyek tetap jalan. Ketekunan dan keuletan dalam berjualan yang di jalaninya dalam berjualan peyek jogja dan penerapan management berjualan yang benar, sekarang telah membuahkan hasil. Pak dhe bercerita bahwa setiap habis subuh, dia dan istri sudah harus jalan untuk mengambil peyek jogja dari distributor di bekasi, lalu langsung dibawanya ke lapak di depan Gerbang Jatibening Estate di depan Blok H. 


Di jalan cempaka yang setiap pagi mulai dari jam 5.30 sudah ramai dengan lalu lalang orang yang akan berangkat kerja ataupun mengantar anak ke sekolah itulah pak dhe mengais rizki dengan tekun. Dengan omzet lebih dari 300 ribu per hari, pak dhe dapat mengantongi keuntungan 100 ribu per hari jadi dalam satu bulan pak dhe mendapatkan penghasilan sekitar 3 juta (100 ribu x 30 hari. 
Yang lebih menarik lagi dari sosok pak dhe adalah kedispilinanya dalam mengatur keuangan dari hasil jualannya. Modal yang kembali selalu langsung dipisahakn dari keuntungannya, lalu pak dhe hanya mengambil sekitar 1/2 dari keuntunganya untuk kebutuhan sehari-hari, sedangkan yang 1/2 lagi ditabungnya untuk pengembangan usahanya, sehingga tidak heran jika sekarang pak dhe sudah naik kelas. Daganganya sekarang sudah display di lemari alumunium yang di lapisi kaca, bukan di kardus bekas rokok lagi. Tongkronganya pun sudah di atas sepeda motor dan banner produkpun sudah bukan kertas bekas lag, tapi menggunakan digital printing. 


Pak dhe juga sudah mulai mengajari anaknya untuk berjualan peyek jogja dan sudah mulai mencari tempat untuk lapak keduanya yang akan diberikan untuk anaknya. Dari pak dhe kita dapat belajar bahwa dalam menjalankan usaha ketekunan dan keuletan sangat diperlukan. Usaha tidak cukup hanya taruh modal besar lalu kita tinggal leyeh-leyeh menunggu keuntungan datang.

Usaha tetap harus melibatkan kita sebagai owner dalam menjalankannya, walaupun system sudaha ada. Minimal kita harus terlibat dalam melakukan pengawasan dan inovasi atas usaha tersebut. Hal lain yang juga perlu adalah tertib adminsitrasi dalam keuangan, kita tidak boleh mencampuradukan keuangan usaha dengan rumah, jika kita harus mengambil uang untuk kebutuhan sehari-hari, pastikan kita mengambilnya dari keuntungan yang kita dapat, itupun juga semua keuntungan kita mabil, sisakan keuntungan untuk kita tabung sebagai dana cadangan jika modal kita tergerus ataupun untuk pengembangan usaha. Jika Pak Dhe bisa, saya yakin kitapun bisa.

4 komentar:

Ratusya mengatakan...

hollaa salam kenal..
oiyaa pak dhe ini beberapa hari yang lalu memang sayah liat di jalan cikunir.. owww ternyata beliau toh. deket ama rumah dikau ya?

Keluarga JagoAN mengatakan...

Ohhh, ternyata peyek itu punya pak Dhe tohhh. Gak nyangka yahh, kalo beliau sdh naik kelas. Walau sering bolak-balik lewat jalan tersebut, tapi kami belom pernah coba nihh. Kapan2 mampir aghh. :)

ANEKA JILBAB DAN KERUDUNG MURAH mengatakan...

SAYA DISTRIBUTOR PEYEK JOGJA. AGEN SAYA DEKAT PASAR PARUNG BOGOR. OMZET SAYA 5000 BKS/MINGGU. MONGGO BAGI YANG BERMINAT

ANEKA JILBAB DAN KERUDUNG MURAH mengatakan...

SAYA DISTRIBUTOR PEYEK JOGJA. AGEN SAYA DEKAT PASAR PARUNG. OMZET SAYA 5000 BKS/MINGGU. MONGGO BAGI YANG BERMINAT