Dalam dakwahnya, kadang Rosulullah juga melakukan akulturasi budaya atau ritual ibadah yang sudah ada dengan ajaran islam dan tidak langsung main larang. salah satu ritual ibadah atau budaya masyarakat qurais yang tidak dilarang oleh Rosulullah dan mengalami akulturasi dengan nilai Islam adalah ritual thowaf. Dulu tujuan masyarakat qurays melakukan thowaf adalah untuk memuja berhala-berhala yg dipasang di sekeliling ka'bah dan meletakan sesajen bagi berhala tersebut. Bahkan ada riwayat yg menyatakan mereka thowaf sambil telanjang.
oleh Rosul, bukan ritual thowafnya yg kemudian dilarang, tapi tata caranya di perbaiki agar sesuai syariat Islam. Memutari ka'bah tetap dilakukan hanya saja dengan membaca kalimat-kalimat thoyibah dan atau doa kepada Allah. itu yang kemudian dipraktekan sampai sekarang saat haji atau umroh.
Begitu juga zaman Walisongo. Sunan Kalijogo tidak menghapus atau melarang wayang kulit. Tapi muatan dalam wayang kulitnya yg diperbaiki. Ada satu lakon wayang kulit berjudul "jamusskalimosodo". atau jimat 2 kalimat syahadat. Yang memasukan muatan Islam bahwa Jimat/pegangan paling ampuh bagi kehidupan adalah mengucap 2 kalimat syahadat.
Begitu juga slametan dalam masyarakat jawa dengan menyajikan makanan bagi para tamu. Adalah akulturasi budaya jawa dan ajaran islam yang diajarkan walisongo. Dimana masyarakat yang biasanya menyajikan makanan dibawah pohon sebagai sajen atau persembahan, kemudian diajarkan agar makanan tersebut cukup di taruh dalam rumah, undanglah tetangga dan diajak berdoa bersama kemudian menikmati makanan yg telah disajikan. Dengan begitu ada 3 nilai islam yang dilakukan sekaligus dalan selamaten yaitu : silaturahmi dgn tetangga, berdoa kepada Allah dan memuliakan tamu yg datang ke rumah.
Itulah islam, Urf atau budaya sepanjang tdk bertentangan dgn Islam atau dapat dimasukan nilai islam dalam hemat saya sah-sah saja utk dijalankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar