Beberapa
hari ini sering kali dapat BC baik di WA, BBM maupun di Fesbuk postingan dari
seorang “ustadz” yang mempertanyakan (bahkan cenderung menyalahkan) dan menganggap
keliru luar biasa kebiasaan kita mengucapkan ucapan Mohon Maaf Lahir dan bathin
serta Minal ‘Aidin wal Faizin saat Idul Fitri, dan seperti biasa membandingkannya dengan tradisi di Turki atau
Arab Saudi JJ
Mari
kita lihat lagi lebih jernih makna kedua ucapan tersebut dari sisi yang lain.
Mengenai
ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin atau “kita kembali dan meraih kemenangan” yang
dipertanyakan kemenangan melawan apa dan kembali kepada apa? bahkan “ustadz”
tersebut secara su’udzon menyatakan apakah kita menang melawan Ramadhan
sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan””??
Jika
kita mau berpikir dan memahami dengan positif makna puasa, maka pertanyaan
“su’uzdon” tersebut tidak perlu timbul. Sebagaimana sudah mafhum kita ketahui
bahwa kita diwajibkan berpuasa adalah agar menjai “La’allakum Tattaqun” atau
agar menjadi orang bertaqwa. Disini mempunyai 2 makna, yaitu
1.
Untuk kita yang sebelum Ramadhan ketaqwaan kita
berkurang bahkan hilang, dengan berpuasa
mari kita kembalikan ketaqwaan kita tersebut.
2.
Untuk kita yang “sudah merasa bertaqwa” agar
meningkakan ketaqwaan kita tersebut.
Dari
2 ha tersebut di atas, jelas kemana kita harus kembali, bukan kembali melakukan
keburukan setelah Ramadhan sebagaimana “su”udzon sang “ustadz.” Tapi ucapan “Minal
‘Aidin wal Faizin” lebih bermakna sebagai ucapan do’a dari seorang muslim
kepada saudara muslim lainnya “semoga kita kembali menjadi orang bertaqwa bagi
yang ketaqwaanya sempat “lepas” dan kembali meningkat ketaqwaannya bagi yang
ketaqwaannya masih terjaga.
Mengenai
meminta maaf saat idul fitri, hal tersebut tidak ada salahnya, tokh kalo sang
“ustadz” konsisten dengan postingannya bahwa minta ma’af bisa setiap saat,
berarti minta ma’af saat idul fitri yha juga jangan disalahkan donk… :p
Tapi
kalo kita mau merenung lebih jauh tenang permintaan maaf di hari raya Idul
Fitri, maknanya bagi seorang muslim sangat dalam. Saya yakin kita semua sudah
tahu bahwa di hari raya idul fitri adalah waktu dimana manusia kembali menjadi
fitri atau kembali ke kesucian/kebersihan jiwa setelah berpuas selama Ramadhan
bahkan ada yang berpendapat bagaikan seperti bayi yang baru lahir kembali.
Untuk
kembali menjadi fitri salah satu usaha yang harus kita tempuh adalah memohon
maaf atas kesalahan kita baik kesalahan kepada Allah ataupun kepada Manusia.
Untuk kesalahan kepada Allah, baik karena kita meninggalkan kewajiban-kewajiban
ataupun melakukan hal-hal yang dilarang kita cukup meminta maaf dan ampun
langsung kepada Allah. Insya Allah setelah menjalani puasa selama Ramadhan, menahan nafsu Selama puasa, menjalankan dan
meningkatkan ibadah-ibadah selama bulan ramadhan baik melalui sholat tarawih
dan witir, membaca al qur’an lebih sering, meningkatkan mengerjakan
sholat-sholat lainnya, maka Insya Allah ampunan dari Allah atas dosa-dosakita
terdahulu akan diampuni oleh Allah.
Tapi
bagaimana dengan kesalahan kita terhadap manusia?? Islam mengajarkan bahwa
kesalahan kita kepada manusia hanya akan diampuni oleh Allah setelah kita
meminta maaf kepada orang tersebut dan orangnya memberikan maaf kepada kita.
Jadi kalo untuk kembali menjadi fitri kita juga harus minta maaf kepada
saudara-saudara kita, lantas salahnya dimana???
Satu
lagi sang “ustadz” menyarakan kita mengucapkan “As’alukal Afwan Minal Dzahiran
Wal Bathinan, tapi “mempertanyakan ucapakn “ mohon maaf lahir bathin”. Bukankah
artinya sama saja?? Hanya yang satu dalam bahasa Arab yang satu dalam bahasa
Indonesia….
Semoga
bermanfaat, agar kita bisa berpikir lebih jernih.
Selamat Idul Fitri 2015, Mohon Maaf Lahir dan Bathin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar