Kemarin ikut sesi sharing seorang teman dan diajari tentang victory mind vs victim mind.
Secara tdk sadar kita sering menjadi pemilik victim mind yg lambat laun menjadi pembenaran atas setiap ketidak benaran yg kita lakukan.
Sebagai contoh jika kita terlambat memenuhi sebuah janji, maka seseorang yg mempunyai victim mind akan cenderung menyalahkan jalanan yg macet, hujan deras, sopir taksi ato busnya yg lambat dan lain sebagainya.
Sebaliknya jika kita mempunyai victory mind maka kita akan minta maaf kenapa kita tdk jalan lebih pagi krn sdh tau jalanan macet, knp tdk bawa payung kalo sdh tau ini musim hujan.
Dengan mempunyai victory mind, kita akan lebih antisipatif terhadap sesuatu dan punya potensi tdk terkena masalah krn sebab tertentu.
Bayangkan jika yg akan kita temui adalah customer besar kita dan kita terlambat dan membuat customer menunggu??? Kalo saya jd customer tsb, saya pasti akan membatalkan niat saya utk pesan barang ke org tsb. Janji ketemu saja sdh terlambat apalagi disuruh produksi barang.
Mari memupuk victory mind kita dan mulai hilangkan victim mind kita.
(sambil nunggu di bengkel. 05/12/2015).
Blog tempat saya berbagi ilmu dan belajar bersama sahabat-sahabat semua. Semoga tulisan-tulisan sederhana saya dalam blog ini dapat bermanfaat untuk kita semua,amin.
Jumat, 04 Desember 2015
Senin, 23 November 2015
LEADERSHIP DALAM DUNIA USAHA (1)
Menurut Colin Powell, seorang Jendral Angkatan Bersenjata USA dalam
perang Irak tahun 1990-an, Kepemimpinan adalah seni mencapai sesuatu yang lebih
daripada apa yang diperkirakan mampu dicapai oleh ilmu management. Seorang
pemimpin harus mampu melihat, membaca dan merealisasikan apa yang tidak bisa
dicapai oleh ilmu management.
Disini seorang pemimpin dituntut untuk mempunyai pemikiran, ide, konsep,
tindakan dan jalan keluar yang out of the box dan tidak terpaku kepada
teori-teori management semata. Seorang pemimpin harus selalu mempunyai jalan
lain menuju Mekkah.
Untuk menjadi seorang Pemimpin ada beberapa sifat yang harus kita miliki dan
kita praktekan dalam dunia nyata yaitu :
Terbuka dan terus belajar
Seorang pemimpin harus berpikiran terbuka dan mau mendengarkan serta
belajar dari siapa saja. Mereka juga harus mau terus belajar untuk memperluas
cakrawalanya. Sepanjang hal-hal yang kita pelajari dan kita dengar bermanfaat
bagi kita, maka hal tersebut dapat kita jadikan referensi bagi seorang pemimpin
untuk mengambil keputusan dan menjalankan roda organissai.
Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin melihat hidupnya sebagai sebuah misi, bukan jenjang karir.
Hidupnya adalah untuk memberikan manfaat bagi orang lain bukan sekedar untuk
mendapatakn manfaat bagi dirinya sendiri.
Memancarkan energi positif
Pemimpin harus mempunyai sikap yang positif, riang, bergairah tidak bleh
berputus asa ataupun selalu mencari alasan dalam hal menghadapi kegagalan. Pemimpin
tidak boleh mengeluh kepada atau didepan anak buahnya.
Mempercayai orang lain
Pemimpin harus percaya kepada anak buah yang dipimpinnya dan percaya bahwa
setiap orang yang dipimpinnya punya potensi terpendam yang dapat memberikan
kontribusi kbagi kemajuan usaha ataupun organisasi yang kita pimpin. Seorang
pemimpin lebih baik menggali potensi anak buah dari pada sekedar mencari-cari
kelemahan orang tersebut.
Hidup seimbang
Seorang pemimpin harus mampu dan mau untuk melihat
sesuatu dari 2 arah yang berbeda. Tidak fanatik terhadap sesuatu, dan selalu
terukur dalam menilai sesuatu, tidak condong kepada satu hal akan tetpai
memutuskan berdasarkan ukuran yang yang sudah nyata.
Melihat hidup sebagai petualangan
Seorang pemimpin melihat hidup sebagai sebuah
petualangn bukan perjuangan semata. Harus mampun juga menikmati hidup.
Kenyamanan hidup ditentukan dari dalam diri kita, bukan dari luar diri kita.
Tidak cepat berpuas diri, karena harus bisa melihat setiap celah perbaikan yang
harus dilakukan.
Sinergistik
Seorang pemimpin haru mau dan mampu bersinergi
dengan keadaan dan apapun yang ada di sekitar kita sepanjang hal tersebut mampu
membawa keuntungan dan perkembangan bagi usaha kita. Seorang pemimpin juga
harus mempunyai prinsip komunikasi dan negosiasi dalam situasi apapun, tidak
kaku dan ingin menangnya sendiri.
Memperbaharui diri
Seorang pemimpin harus mau dan mampu bangkit dari
keterpurukan, kegagalan maupun pahitnya keadaan. Mampu memperbaiki apa yang
kurang benar dan mampu meluruskan apa yang bengkok. Tidak menyerah dengan
keadaan yang ada ataupun setiap kejadian dan masalah yang menimpa.
Rabu, 15 Juli 2015
Tentang Ucapan Mohon Maaf Lahir dan bathin serta Minal ‘Aidin wal Faizin saat Idul Fitri
Beberapa
hari ini sering kali dapat BC baik di WA, BBM maupun di Fesbuk postingan dari
seorang “ustadz” yang mempertanyakan (bahkan cenderung menyalahkan) dan menganggap
keliru luar biasa kebiasaan kita mengucapkan ucapan Mohon Maaf Lahir dan bathin
serta Minal ‘Aidin wal Faizin saat Idul Fitri, dan seperti biasa membandingkannya dengan tradisi di Turki atau
Arab Saudi JJ
Mari
kita lihat lagi lebih jernih makna kedua ucapan tersebut dari sisi yang lain.
Mengenai
ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin atau “kita kembali dan meraih kemenangan” yang
dipertanyakan kemenangan melawan apa dan kembali kepada apa? bahkan “ustadz”
tersebut secara su’udzon menyatakan apakah kita menang melawan Ramadhan
sehingga kita bisa kembali berbuat keburukan””??
Jika
kita mau berpikir dan memahami dengan positif makna puasa, maka pertanyaan
“su’uzdon” tersebut tidak perlu timbul. Sebagaimana sudah mafhum kita ketahui
bahwa kita diwajibkan berpuasa adalah agar menjai “La’allakum Tattaqun” atau
agar menjadi orang bertaqwa. Disini mempunyai 2 makna, yaitu
1.
Untuk kita yang sebelum Ramadhan ketaqwaan kita
berkurang bahkan hilang, dengan berpuasa
mari kita kembalikan ketaqwaan kita tersebut.
2.
Untuk kita yang “sudah merasa bertaqwa” agar
meningkakan ketaqwaan kita tersebut.
Dari
2 ha tersebut di atas, jelas kemana kita harus kembali, bukan kembali melakukan
keburukan setelah Ramadhan sebagaimana “su”udzon sang “ustadz.” Tapi ucapan “Minal
‘Aidin wal Faizin” lebih bermakna sebagai ucapan do’a dari seorang muslim
kepada saudara muslim lainnya “semoga kita kembali menjadi orang bertaqwa bagi
yang ketaqwaanya sempat “lepas” dan kembali meningkat ketaqwaannya bagi yang
ketaqwaannya masih terjaga.
Mengenai
meminta maaf saat idul fitri, hal tersebut tidak ada salahnya, tokh kalo sang
“ustadz” konsisten dengan postingannya bahwa minta ma’af bisa setiap saat,
berarti minta ma’af saat idul fitri yha juga jangan disalahkan donk… :p
Tapi
kalo kita mau merenung lebih jauh tenang permintaan maaf di hari raya Idul
Fitri, maknanya bagi seorang muslim sangat dalam. Saya yakin kita semua sudah
tahu bahwa di hari raya idul fitri adalah waktu dimana manusia kembali menjadi
fitri atau kembali ke kesucian/kebersihan jiwa setelah berpuas selama Ramadhan
bahkan ada yang berpendapat bagaikan seperti bayi yang baru lahir kembali.
Untuk
kembali menjadi fitri salah satu usaha yang harus kita tempuh adalah memohon
maaf atas kesalahan kita baik kesalahan kepada Allah ataupun kepada Manusia.
Untuk kesalahan kepada Allah, baik karena kita meninggalkan kewajiban-kewajiban
ataupun melakukan hal-hal yang dilarang kita cukup meminta maaf dan ampun
langsung kepada Allah. Insya Allah setelah menjalani puasa selama Ramadhan, menahan nafsu Selama puasa, menjalankan dan
meningkatkan ibadah-ibadah selama bulan ramadhan baik melalui sholat tarawih
dan witir, membaca al qur’an lebih sering, meningkatkan mengerjakan
sholat-sholat lainnya, maka Insya Allah ampunan dari Allah atas dosa-dosakita
terdahulu akan diampuni oleh Allah.
Tapi
bagaimana dengan kesalahan kita terhadap manusia?? Islam mengajarkan bahwa
kesalahan kita kepada manusia hanya akan diampuni oleh Allah setelah kita
meminta maaf kepada orang tersebut dan orangnya memberikan maaf kepada kita.
Jadi kalo untuk kembali menjadi fitri kita juga harus minta maaf kepada
saudara-saudara kita, lantas salahnya dimana???
Satu
lagi sang “ustadz” menyarakan kita mengucapkan “As’alukal Afwan Minal Dzahiran
Wal Bathinan, tapi “mempertanyakan ucapakn “ mohon maaf lahir bathin”. Bukankah
artinya sama saja?? Hanya yang satu dalam bahasa Arab yang satu dalam bahasa
Indonesia….
Semoga
bermanfaat, agar kita bisa berpikir lebih jernih.
Selamat Idul Fitri 2015, Mohon Maaf Lahir dan Bathin..
Langganan:
Postingan (Atom)