Minggu, 10 Maret 2013

JANGAN BO/FRANCHISE-KAN USAHA ANDA TERLALU DINI



“Haloo.. pak, usaha bapak terpilih menjadi salah satu usaha yang mendapat fasilitas dari Kementrian untuk ikut Pameran Franchise International di JCC”.

Tapi waktunya tinggal kurang dari seminggu.. Siap khan??

Telphone dari Staff Kementrian tersebut di atas laksana petir di siang bolong, juga laksana durian runtuh. Bagi pelaku usaha kecil menengah,  bisa ikut pameran Franchise berkelas Internasional tentu menjadi berkah tersendiri. Apalagi tidak pakai bayar, bisa ikut pameran sejajar dengan merek-merek Franchise besar dan terkenal.

Singkat kata pemilik UKM langsung ngebut, bikin spanduk, X Banner,  brosur, alat-alat untuk keperluan ikut pameran, system atau SOP BO (busineess opportunity), dan alat-alat lain untuk keperluan pameran.  Selama pameran berlangsung, stand UKM tersebut rame dikunjungi. Karena memang menyajikan kuliner yang unik dengan rasa yang mangtap. Selama pameran berlangsung 3 hari tersebut, tidak kurang dari 300-an orang berkunjung ke stand tersebut, menanyakan kemitraan yang ditawarkan sistemnya bagaimana serta tidak lupa mencoba rasa kuliner yang ditawarkan.

Setelah pameran berakhir, mulai banyak telepon yang masuk untuk follow up paket kemitraan. Dengan hanya membayar 10 juta untuk 1 paket kemitraan, mitra mendapat peralatan komplet dan mitra tinggal mencari tempat jualan dan pegawai untuk ditraining, konsep tersebut ternyata tidak memberatkan bagi calon-calon mitranya. Dalam kurun waktu tidak sampai setahun tidak kurang 12 Mitra berhasil di dapatkan. Mulai dari Jakarta, Bekasi, Kerawang, Bandung, Jogjakarta, Ciawi sampai Cibinong. Liputan-liputan koran dan tabloid juga mulai banyak dan beberapa undangan untuk acara talkshow di radio untuk memperkenalkan produknya juga mampir ke pemilik UKM tersebut.

Tapi apa yang kemudian terjadi?? Setahun setelah itu, mitranya satu persatu rontok hingga tidak ada yang tersisa di tahun yang ke tiga.

Kenapa?? Ada dua faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama dari sisi mitra, ada yang merasa kurang puas karena keuntungannya sedikit, ada yang memang masih mencoba-coba usaha sehingga tidak serius di jalankan dan ada juga yang berpikirnya kalo kita beli kemitraan itu, tinggal beli, lalu buka maka untung akan datang sendiri tanpa harus dikelola dan diawasi secara ketat, tokh sudah ada system dari pemberi kemitraan tersebut.

Kedua dari sisi pemilik usahanya, Sistemnya yang ada belum jelas dan detail mengatur tentang standar usaha yang wajib dijalankan oleh mitra, termasuk panduan tentang problem solving di lapangan. Belum ada inovasi yang kuat atas produk, sehingga produknya tidak kuat bersaing di pasaran.

Lalu apa hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian tersebut?

Jangan terburu untuk menaikkelaskan usaha kita menjadi usaha yang bisa dimitrakan sebelum kita mempunyai sistem yang kuat.

Bahkan untuk buka cabang milik sendiri sekalipun, kalo kita belum mempunyai sistem yang kuat kita harus hati-hati. Bisa jadi cabang tersebut malah tidak akan terurus dan menjadi beban bagi usaha induknya. Lebih parahnya lagi kalo kemudian menggerus usaha dan keuangan induknya, malah tumbang semua.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: