Selasa, 28 September 2010

DIAGNOSA FINANCIAL & KEBUTUHAN

“Saya pengen usaha, tapi saya kesulitan untuk mengumpulkan modal usaha. Gaji saya pas-pasan dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja, sedang untuk mengajukan kredit ke bank saya tidak berani untuk berhutang”.

Keluhan seperti di atas, sering kali saya dengar, baik dalam diskusi off line maupun dalam milist-milist yang saya ikuti. Selain mental blocking atas mind set kita dalam mencari rizki, modal, terutama yang dalam bentuk uang, memang sering menjadi kendala tersendiri saat kita memulai usaha. Sering kali kita ragu untuk menggunakan uang yang kita miliki untuk memulai suatu usaha. Ketakutan yang sering kita miliki adalah jika modal tersebut tidak cukup atau bahkan kita tidak punya modal sama sekali.

Bagi anda yang saat ini bekerja sebagai karyawan, dan merasa bahwa gaji anda hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga anda merasa tidak bisa menyisihkan sebagian penghasilan anda untuk mengumpulan modal usaha, cara sederhana sebagaimana tersebut dibawah ini mungkin bermanfaat bagi anda.

Pertama yang harus anda lakukan adalah melakukan diagnosa financial kehidupan anda. Cara ini dapat dilakukan dengan sangat sederhana. Tinggal ambil alat tulis, lalu tuliskan dan buat daftar pengeluaran anda & keluarga sehari-hari, sedetail-detailnya lengkap dengan angkanya. Misal untuk makan berapa rupiahnya, untuk cicilan rumah/motor berapa rupiahnya, uang sekolah anak berapa rupiahnya, uang jalan-jalan berapa rupiahnya, bayar listrik telphon rumah, HP berapa rupiah dan pengeluaran rutin lain-lain yang biasa kita temui.

Yang kedua Lalu kita timbang-timbang, pengeluaran mana yang bisa kita lakukan penghematan. Misal untuk HP biasanya 150 ribu, masak sich gak bisa kita irit menjadi 75 ribu saja. Caranya?? Tinggal mengurangi pemakaian HP yang tidak perlu atau mengurangi biaya listrik, dengan cara menghemat pemakaian listrik di rumah dengan mengganti dengan lampu hemat energi atau hanya menyalakan lampu seperlunya saja. Dan masih banyak lagi cara untuk meminimalisir pengeluaran kita terutama untuk hal-hal yang tidak berguna.

Satu hal lain yang juga akan sangat membantu dalam meminimalisir  pengeluaran kita adalah, pada saat kita akan belanja, sebaiknya kita harus mampu membedakan apakah yang akan kita beli tersebut adalah memang “KEBUTUHAN” atau “KEINGINAN”. Sering kali kita membeli sesuatu hanya karena ingin, bukan karena membutuhkan barang yang kita beli tersebut, akibatnya setelah sampai rumah kadang barang yang sudah dibeli tidak digunakan hanya ditaruh saja di lemari sampai berjamur. Jika kita renungkan lebih dalam, alngkah sayangnya uang yang kita keluarkan untuk membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan, coba dikumpulkan saja untuk modal usaha dan langsung dibuka dan dijalankan usahanya, insya Allah hasilnya akan berlipat ganda.

Membuat alokasi penghasilan juga sangat perlu. Caranya adalah dengan membagi penghasilan kita menjadi 3 atau 4 bagian. Misal 30% untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk ditabung, 30% untuk investasi (modal usaha) dan 10% untuk lain-lain, misal kegiatan sosial atau yang lainya. Lalu kita membuat aturan yang tegas bahwa alokasi yang sudah kita buat tersebut tidak boleh tercampur karena alasan apapun dan segera digunakan sesuai kebutuhannya. Misal yang untuk ditabung yha segera di setorkan ke Bank atau alokasi yang untuk investasi yha segera untuk memulai usaha atau menambah modal usaha.

Susah?? Tidak, jika kita mau untuk menjalankannnya secara konsisten, maka mengumpulkan modal dari kantong sendiri adalah bukan sesuatu yang mustahil.

Semoga berguna.

Senin, 20 September 2010

Jangan Takut Sama Minimarket Terkenal

Pulang ke Malang adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Disamping mengunjungi mertua, juga bisa incip-incip banyak makanan enak seperti rujak cingur, pecel dan kawan-kawanya atau mengenang kembali romantisme masa kuliah beserta segala macam tetek bengeknya.

Saat pulang lebaran ke rumah mertua yang terletak sekitar 50 Km dari Kota Malang, hawa dingin dan hujan deras setiap hari menjadi teman sehari-hari. Tidak banyak yang berubah dari tempat mertua, hanya ada satu perubahan mencolok di desa rumah mertua yaitu berdirinya toko salah satu jaringan minimarket terkenal, di sebelah toko oom istri saya, hanya berjarak sekitar 2-3 toko saja. Dan kabarnya 1-2 bulan lagi, sang minimarket pesaing minimarket yang sudah ada juga akan hadir disitu, malah letkanya persis di samping toko om istri saya tersebut. Maklum kedua minimarket ini kayak metromini, kalo lihat ada yang ngetem dilokasi itu, maka langsung saja yang satunya ikut ngetem.

Iseng-iseng saya tanya om saya tentang omset tokonya setelah adanya minimarket tersebut. Dengan santainya dia menjawab, gak pengaruh, malah sekarang dia ada tempat kulakan dekat dan lebih murah dari pada harus kulakan ke Kota Malang yang lebih jauh dan mahal bensinya. Saat saya Tanya dimana tempat kulaka tersebut, dengan santainya dia menjawab, yha di Minimarket tersebut. Lho kok bisa?? Tanya saya sambil membayangkan apa justru gak lebih mahal jatuhnya harga.

Om istri saya cerita, bahwa dia selama ini mencermati metode jualan dan promosi dari minimarket tersebut. Minimarket itu selalu promosi dengan harga yang lebih murah dari tempat dia kulakan, akan tetapi hanya untuk 5-6 pak pembelian pertama saja dengan minimal pembelian satu orang pembeli 2 pak. Sebagai contoh adalah salah produk air mineral kemasan gelas, om istri saya jika kulakan di Malang sekitar Rp.11.000, minimarket tersebut jika sedang promosi harganya cuma Rp.10.500, sedang harga jual normal adalah Rp.15.000-Rp.16.000. Jika sedang ada promosi, maka dia akan beli langsung 5 pak di minimarket tersebut.

Seperti sudah saya tulis di atas, promosi di minimarket tersebut hanya untuk 5-6 pak pertama, sehingga setelah dibeli 5 pak oleh om istri saya dan anaknya, maka harga air minum kemasan di minimarket tersebut sudah kembali ke harga normal, karena jatah promosi sudah habis di beli om istri saya dan anaknya. Setelah minimarket kembali menjual air minum kemasan dengan harga normal, maka om istri saya juga akan menjual air minum hasil kulakan di minimarket tersebut dibawah harga normal minimarket tapi masih lebih tinggi dari harga kulakannya.

Jadi dia bisa ngirit biaya kulakan ke Malang, tapi barangnya lebih laku dari minimarket tersebut karena harganya lebih murah. Dan minimarket itulah yang membuat dia bisa kulakan murah dan irit.

Jadi kalo mau kreatif, bersaing dengan minimarket terkenal ternyata masih bisa disiasati.
Semoga bermanfaat.