Ada seorang kawan, mantan national manager di sebuah perusahaan multinasional dengan prestasi kerja yang bagus. Beliau ini sudah sekitar 1,5 tahunan resign untuk kemudian banting setir menjadi seorang wirausaha. Beliau berkeluh kesah tentang usaha yang sedang di jalaninya, hasil tidak seberapa, tabungan kok makin menyusut bukanya malah bertambah dari hasil usahanya tersebut. Saat pertama kali berniat terjun menjadi seorang wirausaha, beliau cerita yang ada di pikiran beliau adalah “lha wong saya memanage perusahaan besar (tempat di bekerja) dengan jaringan multinasional aja bisa dan sukses, kenapa menjalankan perusahaan kecil (usaha sendiri) tidak bisa??”,
Kenyataannya setelah dia jalani justru terbalik, usahanya tidak maju sepesat kemajuan perusahaan lama tempat dia pernah jadi national manager, yang ada malah tabungan dari gaji selama bertahun-tahun ludes tersedot untuk aktifitas usaha tidak sebading dengan pendapatan dari usaha barunya tersebut.. Menurut yang bersangkutan, semua ilmu dan praktek manajamen yang pernah dia baca dan praktekan sudah diterapkan, tapi ternyata tidak membawa hasil, lalu salahnya dimana???. Coba kita ukur dengan tips yang saya dapatkan dari sebuah ceramah di Intelectual Business Community, sebagai berikut:
Rubah mindset kita dari mindset karyawan menjadi mindset pengusaha. Salah satu mindset yang harus kita rubah adalah dalam hal keatktifan kita dalam merespon sesuatu. Dulu saat masih menjadi karyawan kita sering berlaku pasif, kalo tidak ada kerjaan, kadang kita malah senang, tidak berusaha untuk mencari atau bertanya ke atasan apalagi yang bisa saya kerjakan, kalo perlu malah gak usah ada kerjaan saja. Lain halnya dengan kalo kita sudah punya usaha, kita harus aktif untuk mencari dan menangkap kerjaan dan peluang untuk mendapatkan pendapatan bagi usaha kita sehingga cash flow dapat berjalan.
Tinggalkan kebiasaan lama saat masih menjadi manager (ataupuan jabatan lainnya sata kita masih karyawan), apalagi jika kebiasaan tersebut secara financial membebani keuangan usaha kita. Sebagi contoh sederhana adalah, pada saat kita masih menjadi manager jika kita keluar kota maka kita dari kantor akan mendapatkan fasilitas naik pesawat kelas bisnis, tidur di hotel minimal hotel bintang 4, makan selalu makanan dari hotel. Jika kebiasaan tersebut terbawa terus setelah kita mempunyai usaha terutama saat sedang merintis, maka dapat dipastikan akan membebani biaya operasioanl atau bahkan jangan-jangan laba yang akan kita dapat dari deal bisnis di kota tersebut tidak cukup untuk membiayai perjalanan bisnis kita tersebut. Unutk itu kita mau gak mau harus merubah kebiasan kita tersebut. Misal kalo perjalanan ke luar kota untuk deal bisns, yha cukup naik pesawat kelas ekonomi, tidur di hotel bintang 2 atau 3, makanpun tidak harus selalu di hotel kecuali sarapan yang memang sudah satu paket dengan kamar.
Harus belajar untuk bisa mengerjakan semuanya secara keseluruhan. Saat kita masih menjadi manager, jika ada kerjaan kita tinggal mendistribusikan kerjaan tersebut kepada bawahan kita, untuk kemudian kita menerima hasil dari pekerjaan dan kita analisa. Ada satu hal yang tidak kita lakukan dalam alur tersebut yaitu proses untuk mendapatkan hasil. Sebagai pemilik usaha, seyogyanya diawal-awal kita juga harus tahu dan mau terlibat bagaimana proses atas usaha kita tersebut berjalan, sehingga kita bisa tahu mana yang masih kurang, mana yang mesti diperbaiki ataupun bagianmana dari usaha kita yang benar-benar potensial untuk dikembangkan. Jika segala sesuatunya diserahkan kepada karyawan, tanpa kita mau tahu atau belajar terhadap prosesnya, maka jika ada karyawan andalan kita keluar maka akan menghambat usaha kita. Lain halnya jika kita memang tahu alur usaha kita, maka jika ada karyawan yang tidak masuk dan tidak ada karyawan lain yang bisa menggantikan, untuk sementara kita sebagai pemilik usaha bisa menggantikannya.
Harus mau mengerjakan hal-hal besar sampai yang kecil sendiri. Ini masih terkait dengan point 2 di atas. Dengan mau mengerjakan hal-hal baik yang besar maupunkecil sendiri, akan menghilangkan ketergantungan kita terhadap karyawan. Bayangkan jika kita baru mulai usaha akan tetapi berjalan atau tidak berjalannya usaha kita tersebut tergantung karyawan, maka usaha kita dijamain akan segera tutup dengan suksesnya. Disamping itu, cara ini juga akan lebih menghemat biaya di awal usaha kita berjalan sehingga tidak membebani cash flow. Akan tetapi setelah usaha kita berjalan, fungsi dalam usaha harus mulai pelan-pelan di delegasikan kepada karyawan, agar usaha juga tidak tergantung kepada individu pemiliknya saja.
Siap mental dalam menghadapai masalah. Dalam setiap pekerjaan ataupun usaha pasti ada masalahnya yang menimpa. Masalah merupakan ujian bagi kita dan bukan untuk kita hindari tapi justru untuk kita hadapi. Karena jika kita berhasil mengatasi masalah, artinya kita akan naik kelas. Sama seperti sekolah, untuk naik kelas selalu ada ujiannya terlebih dahulu. Untuk mengatasi masalah kita harus berpikir tenang, tidak panik ataupun menyalahkan seseorang atau sesuatu apapun. Berdiskusi dengan keluarga ataupun teman juga akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah. Di Komunitas Tangan Di Atas yang saya ikuti, kami punya kelompok mastermind, kelompok diskusi kecil 5-8 orang untuk sarana saling berbagi belajar dan mencurahkan kesulitan-kesulitan dalam menjalankan usaha. Biasanya teman-teman satu kelompok akan memberikan masukan, pertimbangan bahkan kadang masalah yang kita hadapi ternyatan pernah juga dihadapai salah satu teman dalam mastermind, sehingga kadang kala kita bisa diberitahu cara kita menyelesaikan masalah tersebut atau minimal menjadi referensi bagi kita untuk menyelesaikan masalh yang sedang kita hadapi.
Diantara semua tips tersebut di atas, yang paling penting adalah jangan lupa berdo’a kepada Tuhan dan berbagi kepada sesama baik berbagi ilmu, sodaqoh maupun yang lainnya. Yakinlah bahwa dengan memberi kita akan menerima lebih banyak lagi.
Semoga bermanfa’at.