Imam Al Ghazali berpesan “Yang jauh itu WAKTU, yang dekat itu MATI, yang besar itu NAFSU, yang berat itu AMANAH, yang mudah itu BERBUAT DOSA, yang panjang itu AMAL SOLEH, dan yang indah itu adalah MEMA’AFKAN.
Dalam Al Qur’an, banyak sekali surat yang menjelaskan tentang betapa pentingnya sebuah Waktu. Bahkan Al Qur’an sendiri menegaskan bahwa manusia selama ini dalam keadaan merugi, jika tidak menggunakan waktu hidupnya untuk berbuat kebaikan. Sering kali kita menganggap waktu (hidup kita) masih sangat jauh. Sering kali secara sadar maupun tidak sadar kita menganut semboyan “mumpung masih muda, waktunya untuk bersenang-senang”, padahal salah satu dari empat hal utama yang akan ditanyakan pertama kali kepada kita setelah kita mati adalah “kau gunakan untuk apa masa mudamu???”.
Saat melihat festival wirausaha muda mandiri beberapa bulan yang lalu, saya tertegun membaca banyaknya orang muda yang umurnya dibawah saya yang mempunyai omset milyaran rupiah. Dari besarnya omset usaha saja kita sudah dapat membayangkan berapa tenaga kerja yang dapat terserap dalam usaha tersebut. Jika dipikir lebih jauh lagi berapa orang yang kehidupanya ditopang oleh usaha tersebut dan multiple effect yang timbulkan dari sebuah usaha juga sangtalah besar, mulai dari penyedian bahan baku, kemasan, gerobak/warung sampai pemulung.
Sunggu sangat berbahagialah orang yang sedari muda sudah punya usaha yang sukses dan mampu memberdayakan dan membantu orang lain untuk mendapatakn pekerjaan dan kehidupan yang layak. Maka tidak aneh jika salah satu profesi yang paling mulya di dunia ini adalah wirausahawan yang jujur, karena Rosulullah sendiri adalah seorang wirausahawan yang jujur, bahkan kejujuranya dalam berwirausaha terdengar jauh sampai ke pelosok negeri-negeri di jazirah arab dan sekitarnya.
Begitu juga sahabat-sahabat dekat beliau rata-rata adalah seorang wirausahawan. Dikisahkan ada salah satu sahabat yang ikut hijrah ke Madinah. Pada waktu pertama kali dating ke Madinah rata-rata sahabat Nabi tidak mempunyai harta yang layak untuk hidup. Sahabat tersebut ditanya oleh salah satu pemuka Madinah, “”Wahai saudaraku, aku memiliki dua kebun, pilihlah mana yang engkau suka, lalu ambillah.” Sahabat tersebut menjawab, ”Semoga Allah memberikan berkah kepada harta dan keluargamu. Akan tetapi, tunjukanlah kepadaku pasar.” Setelah ditnjukan letak pasar yang ada, mulailah sahabat tersebut berdagang dengan modal yang dia punyai. Terbukti kemudian sahabat tersebut merupakan salah satu sahabat yang terkaya dan paling banyak sedekahnya untuk perjuangan Islam. Itulah Abdurrahman bin Auf, yang sedari muda sudah gemar berdagang. Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi dermawan.
Memulai usaha sedari muda akan membawa banyak keuntungan, apalagi jika kita belum menikah. Kita akan mempunyai kebebasan waktu yang lebih banyak, serta lebih ringan beban pikiranya. Orang yang belum menikah, belum terikat untuk berbagi waktu dengan anak dan istri, begitu juga dengan beban hidup. Tidak harus memikirkan nafkah untuk hidup keluarga sehari-hari maupun belanja kebutuhan keluarga ini dan itu. Sehingga pikiran dapat lebih focus untuk mengurus dan menjalankan bisnis kita. Di Usia Muda kita juga akan lebih mudah dan cepat untuk belajar segala sesuatunya. Jadi jangan buang waktu andaselagi muda, gunakanlanh untuk berkarya dan memulai segal sesuatunay termasuk untuk memulai berwirausaha.
Tapi memulia bisnis di usia berapapun adalah lebih baik daripada tidak pernah memulai bisnis sama sekali.
Salam bisnis.
Blog tempat saya berbagi ilmu dan belajar bersama sahabat-sahabat semua. Semoga tulisan-tulisan sederhana saya dalam blog ini dapat bermanfaat untuk kita semua,amin.
Jumat, 23 Juli 2010
Selasa, 13 Juli 2010
FRANCHISE
Pak Burang Riyadi, saat memberikan ceramah dalam Bimbingan Teknis Waralaba tadi pagi, bercerita bahwa dia sering mendapat pertanyaan “bidang usaha waralaba apa yang terbaik??”. Menurut beliau, susah untuk menjawabnya, karena masing-masing bidang punya keunikan sendiri. Beliau hanya menjawab “usaha yang terbaik adalah usaha yang dijalankan dengan (sepenuh) hati, apapun usaha itu”.
Jawaban yang sangat menarik, yang mengandung banyak makna, salah satunya jika kita sebagai franchisee (penerima waralaba/mitra), maka dalam menjalankan usaha sebagai franchisee hati kita juga harus lebur dalam usaha tersebut atau dengan kata lain kita harus menjalankannya sepenuh hati, kita tidak bisa hanya ingin duduk-duduk leyeh-leyeh, usaha kita untung dan kita tinggal menikmati keuntungannya. Karena ternyata banyak franchisee yang saat mengambil franchise mempunyai mindset, tinggal bayar biaya franchise, tidak perlu kerja, tetap akan untung.
Mindset tersebut di atas, merupakan mindset yang salah. Saat Pesta Wirausaha 2010 dalam rangka MILAD 4 TDA, Bapak Chaerul Tanjung pemilik Para Group menyatakan bahwa dalam dimen duniawi kesuksesan merupakan kejadian pribadi dari seseorang. Artinya jika kita bergaul dengan lingkungan orang sukses, tidak otomatis kita menjadi orang sukses, butuh usaha secara pribadi dari orang tersebut untuk menuju sukses. Bergaul dalam lingkungan orang sukses hanya memperbesar kesempatan kita menjadi orang sukses. Begitu juga menjadi franchisee, tidak selamanya jika kita mengambil franchise yang sudah terbukti menguntungkan, maka kita pasti untung. Tetap butuh campur tangan franchisee secara langsung agar franchise yang kita ambil bisa untung.
Sebaliknya jika kita franchisor maka kita juga harus menggunakan hati kita dalam berhubungan dengan franchisee kita, baik dalam hal berbagi keuntungan, berbagi resiko usaha maupun berbagi kesuksesan. Salah satunya adalah dengan memberikan informasi yang benar & jujur tentang usaha kita, baik resiko maupun potensi keuntungan dan kerugiannya. Franchisor harus mau menjadi konsultan franchisee, terutama untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh franchisee dalam menjalankan usahanya. Franchisor jangan hanya mau uangnya franchisee-nya saja. Dalam memfranchisekan usahanya, Pak Burang Riyadi juga berpesan agar minimal kita sudah mengalami menjalankan sendiri usaha yang kita franchisekan tersebut. Termasuk mengalami BEP/ROI sesuai hitung-hitungan ynag kita berikan kepada calon franchisee. Misal kita memberikan hitungan-hitungan bahwa BEP/ROI akan kembali dalam waktu 9 bulan, maka kita sudah harus pernah mengalami menjalankan bisnis tersebut dan kembali modal dalam waktu 9 bulan.
Terlepas dari semua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memfranchise-kan usaha kita, seandainya saat ini persyaratan tersebut belum dapat kita penuhi, tidak adasalahnya kita mulai membuat langkah awal untuk star-up franchise yaitu dengan cara mulai membuat standar konsep usahanya serta membuat dokumentasi tentang usaha kita baik SOP-nya, Laporan Keuangan, pelatihan maupun marketing & branding tools.
Langganan:
Postingan (Atom)