Membanggakan....... hanya itulah yang bisa diucapkan saat melihat pertandingan Arema VS Persija di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) hari Ahad kemarin. Terlepas dari kejadian 2 x 45 menit di dalam lapangan, mulai atraksi dan nyanyian penonton di tribun yang luar biasa sampai jumlah penonton yang membludak di tribun bawah sampai tribu atas hingga meluber ke lintasan atletik dan yang lebih patut di acungi jempol adalah tidak ada satupun lemparan benda-benda apapun baik air mineral gelas/botol maupun batu ke arah lapangan, yang ada hanyalah kembang api, kertas warna-warni yang beterbangan, balon-balon sampai asap warna jingga dan biru, warna khas Persija dan Arema, semuanya patut di acungi jempol.
Didalam tribun GBK sendiri warna jingga dan biru bercampur menjadi satu. Di Tribun yang khusus untuk Persija terlihat ada suporter yang juga memakai warna biru, begitu sebaliknya, di tribun khusus Aremania banyak juga terlihat suporter yang memakai warna jingga. Kesadaran untuk menjadikan pertandingan sepak bola sebagai tontonan/hiburan bagi keluarga juga tergambar secara nyata. Terlihat banyak penonton yang datang ke stadion GBK dengan membawa istri dan anak-anaknya yang masih berumur 5-6 tahunan, lengkap dengan atribut kaos baik Arema maupun Persija.
Tidak seperti perjalanan suporter salah satu klub di Jawa Timur sebelumnya, perjalanan Aremania/nita dari Malang dan kota-kota lain di luar Jakarta juga sepi (bahkan tidak ada) dari pemberitaan mengenai tawuran atau lemparan-lemparan batu dengan warga sepanjang rute Jakarta-Malang, keluhan PT. Kereta Api akibat gerbong yang rusak ataupun pedagang yang daganganya di jarah. Yang ada adalah kebalikannya, Aremania/nita datang dengan tertib dan pulangpun dengan tertib dengan di iringi lagu terima kasih dari Aremania kepada the Jakmania atas sambutanya dan dibalas ucapan selamat jalan dari the Jakmania kepada Aremania.
Apakah ini pertanda kebangkitan Sepak bola Indonesia?? Jawabannya mungkin saja, jika setiap pertandingan bola di Indonesia bisa se damai dan se meriah Arema VS Persija kemarin, jika semua suporter se Indonesia bisa tertib seperti Aremania dan the Jakmania, jika pengurus PSSI-nya bisa profesional dan yang pasti jika Ketua Umum PSSI-nya sudah bukan Nurdin Halid he.. he.. saya yakin sepak bola Indonesia akan kembali dapat menuai prestasi.
Dari sisi ekonomi, pertandingan sepak bola yang aman juga membawa dampak ekonomi yang tidak sedikit. Jika kita hitung perputaran uang dari ticket masuk saja, yang rata-rata harganya Rp.30.000,-, dan kabarnya Panitia mencetak 70.000 lembar ticket, maka akan ada uang pembelian ticket sebanyak 2,1 milyar. Belum lagi Pendapatan yang di raih PT. KAI untuk perjalanan suporter dari Malang ke Jakarta PP yang jumlahnya ribuan orang, ditambah lagi dari carter bus Aremania yang kabarnya mencapai lebih dari 200 bus, belum jika kita hitung yang carter mobil sewaan dan yang berangkat membawa mobil sendiri, perputaran uangny akan sangat dahsyat. Belum lagi penghasilan dari transaksi merchandise atau atribut team kesayanganya, kaos-kaos dan syal Arema dan Persija, sejak pagi bahkan sabtu sore sudah banyak yang terbeli baik oleh masyarakat umum yang beraktifitas di GBK maupun suporter dadakan yang belum punya atribut.
Pertandingan kemarin juga membawa berkah sendiri bagi para pedagang kecil di sekitra GBK. Entah mengapa para pedagang di sekitar GBK-pun terlihat tenang-tenang saja saat pertandingan berakhir dan puluhan ribu penonton keluar dari stadion, tidak terlihat wajah ketakutan. Justru saat penonton keluar dagangan mereka bertambah laris karena diserbu penonton yang kehausan maupun kelaparan. Saya melihat di gerbang GBK dekat patung pemanah yang menuju ke Sudirman, pedagang pecel terlihat sibuk dengan pembelinya, uang 5 ribuanpun terlihat menumpuk ditangan ibu pedang pecel tersebut, sedangkan suami/anaknya terlihat sibuk mempersiapkn pecel di atas cetok daun pisang untuk diberikan kepada suporter yang kelaparan. belum lagi yang sekedar mampir untuk beli air mineral gelas seharga 1.000/cupnya maupun teh botol dari berbagi merek. Itulah rizki dibalik pertandingan sepak bola yang damai, aman & tertib. Bayangkan jika kondisi pertandingan sepak bola di Seluruh Indonesia berlangsung tertib, berapa uang yang dapat berputar dan berapa industri rakyat yang dapat hidup dari berkah sepakbola yang aman dan tertib tersebut.
Keberhasilan Arema menjadi juara ISL 2010 juga mencerminkan kemenangan sepak bola profesional. Arema yang dikelola secara profesional dan mandiri, tanpa dana APBD, membuktikan bahwa sepak bola Indonesia pun bisa mempunyai klub yang mandiri tanpa harus menengadahkan tangan hanya mengandalkan dari uang APBD. Dengan mengandalkan dana sponsor dan yang terbesar dari pemasukan ticket dan penjualan atribut, Arema bisa hidup dan berprestasi. Profesionalitas Arema tersebut diperindah dengan cita-cita Aremania yang ingin menularkan semangat profesionalitas dan semangat kekeluargaan ke seluruh Indonesia lewat lagu-lagunya
Kami AREMA...........
SALAM SATU JIWA.........
Di INDONESIA.......
Kan Selalu Ada..........
Selalu Bersama..
Untuk Kemenangan.........