Senin, 23 September 2013

16 Strategi Zhuge Liang Dalam Mengatur Organisasi Negara (Tulisan Kedua)



Tahukah Anda, bahwa mengurus sebuah negara sama seperti mengurus sebuah usaha?? Samanya dimana? Karena hakekatnya mengurus negara dan mengurus usaha adalah sama-sama mengurus sebuah organisasi yang harus dijalankan utnuk menghasilkan sesuatu. Jika Negara maka harus menghasilkan ketertiban, keamanan dan kesejahteraan. Jika usaha maka harus menghasilkan konsistensi, produk yang berkualitas dan pada akhirnya menghasilkan sebuah keuntungan.

Dibawah ini adalah 16 prinsip yang digunakan oleh Zuge Liang, seorang negarawan handal pada masa dinasti 3 kerajaan di China, yang saya adaptasi untuk dapat kita terapkan dalam menjalankan roda organisasi usaha kita. Tulisan akan terbagi dalam 3 seri.

1.              Menjadi setepat Bintang Utara.

Tahukah Anda bahwa memerintah negara atau menjalankan organisasi usaha harus memiliki dasar yang benar dan kuat. Sekali Anda benar, sisanya tidak akan salah. Dasar dari suatu usaha adalah owner dari usaha tersebut, sedang dasar dari suatu negara adalah kepala negara. Dalam mejalankan usaha, seorang owner ataupun pimpinan usaha sama seperti Bintang Utara, memimpin jalan, menunjukan arah dan meneranginya. Karena itu, kepemimpinan yang kuat dan stabil serta rencana yang matang merupakan dasar bagi pertumbuhan suatu usaha atau organisasi usaha itu sendiri. Setiap negara yang kuat dan makmur selalu memiliki penguasa yang bijak. Begitu juga suatu usaha yang kuata, harus memiliki pemimpin yang cerdas, bijak dan tidak grusa-grusu.

Seperti Bintang Utara, posisinya harus tetap benar untuk memberikan arah. Kemana usaha akan dijalankan, apa targetnya, langkah-langkah apa yang harus dilakukan serta goal akhir yang akan dicapai harus jelas.  Ia yang tak tentu arah, bodoh, dan pengecut, akan gagal dalam apa pun yang dilakukannya. Sebenarnya, kepemimpinan yang baik dan mantap tak dapat dipisahkan dalam suatu organisasi bisnis. Pemimpin harus sanggup menangkap kesempatan yang muncul dan menyelesaikannya.

2.              Hubungan antara Penguasa dan Bawahan

Jadikan rasa hormat dan kesetiaan penghubung antara pemimpin  dan bawahannya.  Seorang bisnis owner atau pemimpin perusahaan harus memperlakukan Karyawan dengan baik. Bawahan harus melayani dan menjalankan instruksi bisnis owner atau atasannya dengan setia. Bisnis owner harus memperlakukan karyawan  dengan adil tidak pilih kasih, meskipun punya hubungan khusus, misal hubungan keluarga dengan bawahn tersebut.  Sebaliknya karyawan  harus melayani dan menjalankan perintah dengan patuh.

Pemimpin atau bisnis owner tidak hanya memerintah karyawan , tapi juga menunjukkan perhatian, perlindungan dan penghargaan serta keteladanan. Memperlakukan seorang karyawan dengan baik dan menghormati perasaannya juga penting. Karyawan harus menganggap kesetiaan sebagai kebajikan. Seorang Bisnis owner yang tidak mempercayai karyawannya  akan berakhir sendirian. Seorang bisnis owner  yang bekerja dengan dekat dan rajin bersama karyawan  akan selalu harmonis. Ini juga berlaku bagi seluruh eselon dari sebuah perusahaan.

3.              Memperhatikan dan Mendengarkan

Seorang pemimpin usaha atau bisnis owner harus  yang menguasai situasi dengan baik. Untuk itu Ia harus membuka lebar mata dan telinga agar dapat menguasai situasi usaha dan organisasi usahanya dengan baik. Anda tidak dapat mengatakan berpandangan tajam jika tak bisa melihat kesulitan karyawan. Anda tak bisa menyatakan berpendengaran tajam jika tak bisa mendengar rintihan karyawan. Untuk itulah dalam diri manusia ada 2 telinga dan 2 mata serta 1 mu;ut, gunanya agar kita lebih banyak mendengar dan melihat dari pada sekedar bicara.  

4.              Menerima Saran

Menerima dan mendengar saran dan ide orang lain sepanjang saran dan ide tersebut bukan sekedar Kata-kata manis dan dangkal. Seorang pemimpin  atau bisnis owner yang bijak harus bisa dan mau menerima saran, ide bahkan kritik dari orang lain sepanjang untuk kemajuan dan kebaikan bersama. Sebuah usaha yang sehat juga harus mempunyai pegawai yang jujur dan lurus di sampingnya. Seorang pengusaha yang bodoh hanya memiliki karyawan  yang penjilat di sekitarnya. Obat yang baik terasa pahit dan saran yang baik juga demikian. Sungguh terpuji seseorang yang berkedudukan tinggi seperti Kaisar atau bisnis owner dapat menerima kritik pedas.

5.              Memahami

Memahami masalah sepenuhnya dan membuat batasan antara yang benar dan yang salah. Seseorang karyawan yang setia dan yang jahat berbeda, tapi sulit membedakan dan menilaianya dari penampilan saja. Orang akan salah jika hanya mendasarkan pada perkataan dan sikap luar saja. Seorang pengusaha harus berhati-hati saat memutuskan apakah benar atau salah. Dalam membuat keputusan harus cermat dan melihat semua faktor serta dampaknya. Salah dalam membuat keputusan bisa jadi akan membuat usaha kita mundur kebelakang, jalan ditempat atau bahkan bangkrut.

Untuk itu seorang pengusaha dituntut untuk memahami semua aspek yang ada dalam bisninya. Tidak cukup kita mendelegasikan saja dan kemudian pasrah bongkokan kepada karyawan kita. Dalam bidang tertentu mungkin kita tidak bisa menjadi seorang master, tapi minimal kita harus tahu alur dan proses di bidang yang kita tidak terlalu ahli tersebut. Hal tersebut perlu agar usaha kita tidak tergnatung kepada karyawan dan jika karyawan tersebut keluar, maka tetap bisa jalan seperti biasanya.


....... bersambung .......