Waaahhhh.. saya bisa bikin masak enak nich... atau tiba-tiba ada teman nyeletuk ”kue bikinan kamu enak dech... layak nich kayaknya untuk dijual ke masayarkat umum”.
Sering kali keyakinan seperti tersebut diatas, mendasarai sesorang untuk buka dan terjun ke usaha kuliner. Salah? Tentu saja tidak, karena setiap kita akan membuka usaha, kita juga harus memiliki keyakinan atas usaha yang akan kita buka dan kemudian kita jalankan tersebut. Keyakinan bahwa masakan atau produk apapun namanya, bikinan kita enak dan layak jual, juga sangat penting dalam sebuah usaha kuliner, karena jika kita sendiri sudah tidak yakin, maka bagaimana kita mau meyakinkan orang lain kalo produk kuliner yang kita jual enak dan layak jual.
Hanya saja dalam bisnis kuliner, enak saja ternyata tidak cukup.... sering kali kita melihat warung yang masakannya enak akan tetapi sepi, justru warung yang makananya biasa saja akan tetapi justru rame. Kenapa?? Dalam bisnis kuliner kadang memang enak saja tidak cukup. Bisnis kuliner merupakan bisnis yang unik, seperti yang saya alami saat membuka warung bakso. Banyak pelanggan yang sudah merasakan bakso saya semua bilang baksonya enak dan berbeda dengan bakso yang ada dipasaran. Baksonya nggak ngelawan saat digigit katanya, rasa dagingnya juga sangat terasa bukan tepung yang terasa. Karena memang bakso saya komposisi dagingnya lebih banyak dari tepungnya, disamping itu juga tidak pake pengenyal karena biasanya pengenyal itu berisi borax, sehingga baksonya tidak kenyal ataupun alot dan lebih terasa daging. Tapi kenapa kemudian warung baksonya saya sudah tutup 2 kali???
Ada beberapa hal dalam evaluasi saya atas penutupan warung bakso tersebut:
Warung bakso saya yang pertama di jatiwaringin saya tutup setelah enam bulan berjalan, kami buka joinan sewa tempat dengan 3 orang, yang masing-masing punya usaha sendiri satu burger satu lagi cireng dan juice. Dalam perjalananya, salah satu mitra tersebut agak nakal, dengan cara memperbolehkan salah satu saudaranya ikut buka satu lagi lapak di warung tersebut tanpa izin saya dan yang satunya lagi, sehingga kami sering berselisih dan saling tidak enak, akhirnya istri saya memutuskan untuk ditutup saja, padahal omset sudah mulai mak nyuss... tapi daripada berantem tiap hari?? Yha itulah resiko usaha bersama he... he..
Warung bakso saya yang kedua di galaksi saya tutup setelah empat bulan berjalan. Ada beberapa faktor mendasar yang membuat kami terpaksa menutup warung tersebut. Yang pertama adalah lokasi yang bukan di jalan utama dan didalam kompleks akhirnya membatasi jumlah trafik calon pembeli yang melintas di depan warung. Yang kedua warung tersebut tidak tersedia parkir yang memadai, sehingga pembeli kesulitan parkir dan akhirnya enggan untuk mampir ke warung. Faktor ketiga adalah masalah kebersihan warung, dimana jalanan didepan warung kami tersebut sangat berdebu, imbasnya adalah ke warung kami yang harus berjibaku membersihkan debu 2 x sehari, akhirnya warung tidak nyaman untuk jadi tempat nongkrong.
Walupun pembeli yang sudah poernah beli bakso di warung saya baik yang di jatiwaringin ataupun galaksi bilang baksonya enak, bahkan sudah beberapa kali kembali untuk membeli bakso, akhirnya faktor-faktor diatas, terutama warung yang digalaksi menjadi faktor x yang membuat warung bakso makin sepi dan omset turun. Sekedar alasan? Mungkin saja, tapi yang jelas faktor-faktor yang saya kemukakan tersebut diatas adalah komentar dan masukan dari konsumen dan tetangga kanan-kiri di lokasi warung saya yang di Galaksi.
Terus kira2 faktor apalagi yang harus diperhatikan dalam bisnis kuliner?? Satu faktor lagi yang menurut saya penting adalah kecepatan dalam penyajian. Walaupun rasa enak dan harga terjangkau, kalo konsumen harus menunggu lama untuk menikmati makanan yang dipesanya, hampir dapat dipastikan konsumen akan enggan untuk kembali ke warung kita, kecuali brand warung kita sudah kuat sekali, orang datangpun sudah sukarela dan mau antri untuk membeli, seperti di Pizza Hut ataupun Hoka-hoka Bento.
Jadi bagi para BAKUL alias barisan kuliner, haruskah menyerah?? Tentu tidak kata Sule, selalu ada jalan dan hikmah di balik kegagalan dan kesulitan, jadi teruslah mencoba dan jangan lupa selalu evaluasi dan inovasi yha..