Jumat, 17 Juli 2009

TERNYATA GAJI PERTAMA TAK SENIKMAT GAJI TERAKHIR

Sebagaian besar dari kita pasti pernah mengalami senangnya mendapat gaji pertama dari tempat kerja. Mei 2001, 8,5 tahun yang lalu adalah saat pertama kali saya menerima gaji pertama dari hasil menjadi TDB. Saya ingat gaji pertama saya sebagai anak magang cuma cukup untuk beli ticket resmi tour MU 2009 di Indonesia untuk kelas 1. Sampai-sampai bagian keuangan kantor bilang "gajinya diambil tunai saja yha, gak usah ditransfer, biaya transfernya lebih mahal he.. he..", tapi walupun kecil itu adalah tetap nikmat yang harus disyukuri, karena ternyata kemudian membuka jalan ke rizki yang lebih besar. Saya ingat gaji pertama saya tersebut saya pakai ke malang, untuk ngambil ijazah S1 saya yang belum sempat diambil saat ke Jakarta, dan sebagaimana layaknya mahasiswa fresh graduate yang sudah bekerja, ada perasaan gimana gitu waktu kembali ke kampus dan ditanya "sudah kerja belum?" "kerja dimana?" dan bla.. bla.. banyak pertanyaan lagi sampai yang nitip CV dan info2 lowongan kerja. Sebenarnya gaji Mei 2001 bukanlah uang pertama yang saya nikmati dari hasil keringat saya sendiri. karena dari SMP dan SMA, saya sudah didik untuk berusaha sendiri untuk menambah uang saku dan jajan. Saat SMP atau SMA, karena daerah saya di Pekalongan adalah sentra industri garmen dan textile, saya kerja dari mulai rapiin baju/celana dari sisa2 jahitan, melipat sampai masukin ke plastik packing, pasang kancing sampai jualan celana ke teman2. Hoby saya jualan keterusan sampai kuliah di Malang, dari jualan baju koko sampai daster untuk ibu2, kadang kala saat ada pendaftaran UMPTN atau pendaftaran ulang mahasiswa baru, saya dan teman2 di KSR Unibraw jualan minuman dingin, biasanya untuk penggalangan dana untuk kegiatan KSR dan hasil usaha jualan semasa kuliah ternyata lebih banyak dari kiriman bulanan saya. Juni 2009 kemarin adalah terakhir kali saya menerima gaji sebagai TDB, setelah sempat bimbang, akhirnya mulai Juli ini, saya menerima tantangan untuk berhenti menjadi orang gajian (TDB) tapi menjadi pemberi gaji (TDA). Kembali ke judul tulisan ini tentang nikmatnya gaji pertama dan terakhir, setelah saya membandingkan kenikmatan yang saya rasakan saat menerima gaji pertama ternyata tidak senikmat saat menerima gaji terakhir.Bahkan kalo mau jujur, nikmatnya gaji pertama sebagai TDB tidak senikmat keuntungan-keuntungan yang saya terima dari hasil jualan saat masih SMP, SMA maupun selama kuliah. Menerima gaji sebagai TDB tidak ada perasaan deg2-nya, karena sudah ketahuan jumlah penghasilan yang akan kita akan dapatkan, lain dengan saat menikmati keuntungan dari hasil jualan, satu saat tabungan saya sangat banyak, jika rekanan banyak yang sudah melakukan pembayaran dari hasil penjualan barang yang diambil dari saya, tapi kadang juga melongo kalo rekanan yang mau ditagih ternyata sudah tidak ketahuan kemana rimbanya. Disamping itu ada perasaan bahagia saat jualan kita dibeli oleh orang, rasanya perasaan malu dan lelah menawarkan hilang semua. Perasaan deg2 itu juga sekarang terasa lagi, dengan kondisi perekonomian yang tidak jelas arahnya di tambah ada bom yang kembali meledug makin menambah nikmatnya merasakan dag did dug, terutama untuk setengah tahun ke depan, apakah akan mendapatkan hasil atau justru gigit jari. Tapi dengan keadaan yang tidak menentu ini, ternyata dari kalkulasi pendapatan yang akan kami peroleh dihitung dari sudut dan cara hitungan manapun masih akan tetap jauh lebih besar dari hasil yang akan saya peroleh jika tetap menerima gaji, plus THR plus bonus akhir tahun 4 kali gaji (jika bonusnya cuma 4 kali gaji). Jadi ternyata tidak rugi menjadi orang tanpa gaji, justri sangat nikmat dari sisi apapun. Bisa datang di kantor jam berapa saja, pulang suka-suka, kalo gak ada kerjaan yang mendhing maen dirumah sama anak (dan istri tentunya he.. he..). Jadi bagi yang masih jadi orang gajian, HARI GINI MASIH TERIMA GAJI TIAP AKHIR BULAN... APA KATA DUNIA.....